Mengingat keagungan Sakramen ini, warga beriman harus dengan rendah hati dan dengan iman teguh mengambil hikmah dari perkataan sang perwira Bdk. Mat 8:8.: "Tuhan, aku tidak layak menerima Tuhan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka jiwaku akan sembuh."
"Izinkanlah aku hari ini mengambil bagian dalam perjamuan mistik-Mu, ya Putera Allah, Aku tidak akan mengkhianati rahasia ini kepada musuh-musuh-Mu, dan juga tidak memberi ciuman seperti Yudas, tetapi seperti penyamun itu aku berseru kepada-Mu: Tuhan ingatlah aku dalam Kerajaan-Mu!"
Doa
Allah Bapa, sumber kerukunan, sembuhkanlah kami dari semangat perselisihan, dan semoga kami rukun bersatu padu berkat sabda Yesus, Putra kesayangan-Mu. Semoga Ia sudi menjadi batu sendi yang mempersatukan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (11:17-26)
"Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Wartakanlah wafat Tuhan, sampai Ia datang.
Ayat. (Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17)
- Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata, 'Lihatlah Tuhan, aku datang.'
- Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: "Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku."
- Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
- Biarlah bergembira dan bersukacita semua orang yang mencari Engkau: Biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu tetap berkata, "Tuhan itu besar!"
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:1-10)
"Di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Peranan, tingkat, kedudukan tinggi bahkan terhormat seseorang dalam masyarakat, demikian pula keadaan hidup yang sederhana, dan perbedaan suku atau bangsa, tidak membedakan tuntutan iman, yang harus dimiliki setiap orang terhadap Allah. Perwira yang disebut dalam Injil adalah orang Romawi. Mereka dianggap kafir oleh orang Yahudi, yang mengenal hukum Musa dan para nabi. Perwira ini sebagai tentara hanya mengenal kuasa dan perintah. Tetapi, ketika hambanya dalam keadaan yang sangat kritis, dan ia tidak mampu menolongnya, ia mendengar dari penduduk Yahudi tentang nabi dari Nazaret yang mempunyai kekuatan ilahi. Ternyata iman si perwira itu kuat dan yakin bahwa kekuasaan Allah dapat menolong dirinya dari ketidakmampuannya sebagai manusia. Meskipun dirinya berkedudukan tinggi dan bukan orang Yahudi, ia memperhatikan keadaan hambanya. Dan ketika tahu bahwa Yesus akan datang untuk menolong hambanya, tampaklah kerendahhatiannya dan berkata baha ia merasa tidak pantas Yesus datang ke rumahnya. Yesus yang berkuasa cukup mengucapkan satu kata saja, hambanya akan sembuh. Sama seperti ia sebagai perwira cukup memberi kata komando, bawahannya akan melaksanakannya.
Kata-kata perwira Romawi ini, yang menggambarkan sikap dasar imannya, dipakai oleh Gereja dalam perayaan Ekaristi: "Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh." Iman yang benar menyadari adanya jarak, kedalaman, dan keluasan perbedaan antara Allah yang Mahakuasa dan manusia yang sangat terbatas. Dibutuhkan kesadaran dan kerendah hatian untuk menjembatani jurang dalam antara Allah dan manusia. Hal ini sangat dimungkinkan karena kasih Allah tanpa batas.
Kata-kata perwira Romawi ini, yang menggambarkan sikap dasar imannya, dipakai oleh Gereja dalam perayaan Ekaristi: "Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh." Iman yang benar menyadari adanya jarak, kedalaman, dan keluasan perbedaan antara Allah yang Mahakuasa dan manusia yang sangat terbatas. Dibutuhkan kesadaran dan kerendah hatian untuk menjembatani jurang dalam antara Allah dan manusia. Hal ini sangat dimungkinkan karena kasih Allah tanpa batas.
Yesus dalam Injil memuji iman sang perwira, yakni iman akan Yesus dan Sabda-Nya yang punya kuasa dan daya penyembuhan. Sang Perwira itu percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan hambanya. Ia juga percaya bahwa Yesus juga bisa menyembuhkan hambanya walaupun ia meminta para orang tua-tua Yahudi yang memohonkan ini pada Yesus. Dan dalam kerendahan hatinya, walaupun ia tidak bertemu Tuhan, ia percaya Tuhan Yesus mengabulkan permohonannya itu. Inilah iman sejati yang dipuji Yesus. Sang perwira sesungguhnya sudah bersatu dengan Yesus, menjalin persekutuan mesra dengan Yesus, di dalam hatinya. Inilah dasar keselamatan itu terjadi, yakni persekutuan sejati atas dasar iman yang sejati pula. Apakah kita juga punya iman sebesar ini?
Nama Tersuci Maria, Ibu Yesus
Menurut Santo Bernardus, nama 'Maria' berkaitan dengan kata 'Mare' yang berarti 'laut'. Nama ini kemudian diabadikan dengan menjuluki Maria sebagai "Stella Maris" yang berarti "Bintang Laut", sebagaimana dinyanyikan dalam hymne "Ave Bintang Laut, sungguh ibu Tuhan, dan tetap perawan, pintu gerbang surga."
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang bintang itu sambil menyebut nama Maria Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam "Magnificat"nya: "Sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia." (Luk 1:48)
Santo Guido Anderlecht, Pengaku Iman Guido, yang lazim juga disebut Guy, lahir di Anderlecht, Brussels, Belgia. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Orangtuanya miskin namun saleh. Oleh pendidikan orangtuanya ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang beriman dan taat agama. Ia menerima kemiskinan orangtuanya dengan gembira. Dalam kondisi itu ia bercita-cita melayani orang-orang miskin dengan kemiskinannya.
Guido tergolong dalam bilangan para kudus yang termiskin. Ia seorang musafir miskin seperti Santo Benediktus Labre dan Matt Talbot, buruh miskin yang saleh itu. Semenjak masa mudanya ia sudah menunjukkan keutamaan-keutamaan hidup yang mengagumkan teristimewa dalam hal doa dan pengabdian kepada sesama. Untuk melaksanakan cita-citanya itu secara lebih sempurna, ia meninggalkan kampung halamannya Anderlecht, dan pindah ke Laeken. Di sana ia berkelana ke sana kemari dan menjadi pertapa yang saleh. Cara hidupnya ini menarik perhatian pastor paroki Laeken. Akhirnya oleh Pastor itu ia diangkat menjadi sakristan di gereja Bunda Maria di Laeken. Seperti Samuel di dalam Bait Allah Yerusalem dahulu, Guido tinggal di dalam rumah Allah, melayani Misa Kudus, membersihkan dan menghiasi gereja. Semua umat senang dengan Guido karena kerajinannya melayani Misa Kudus dan memelihara gereja.
Banyak orang memberinya bantuan keuangan. Dengan uang itu ia membantu orang-orang miskin. Agar lebih banyak membantu orang-orang miskin, ia diajak seorang saudagar kaya untuk ikut serta dalam usaha dagangnya. Ia setuju dengan ajakan itu, lalu meninggalkan tugasnya sebagai pelayan Tuhan di gereja Laeken. Persekutuan dagang dengan saudagar kaya itu mengalami bangkrut mendadak. Guido kewalahan dan kembali mengalami kemelaratan hidup seperti sediakala. Dalam keadaan itu ia memutuskan kembali lagi ke Laeken untuk menjadi Sakristan. Tetapi tugas itu sudah diambil alih oleh orang lain. Ia semakin bingung dan mulai menyadari hal itu sebagai hukuman Tuhan atas dirinya. Guido sungguh menyesal dan bertobat atas kebodohannya itu. Ia kemudian berziarah ke Roma dan Tanah Suci dengan berjalan kaki. Setelah tujuh tahun berada di sana, ia kembali ke Anderlecht. Di sana ia meninggal dunia pada tahun 1012 karena penyakit yang dideritanya selama perjalanannya di Tanah Suci. Ia dinyatakan 'kudus' karena berbagai mujizat yang terjadi di kuburnya bagi orang-orang yang berdoa di sana