Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

05 September 2016

Senin, 05 September 2016 == Hari Biasa Pekan XXIII

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Hal yang paling penting dilakukan untuk mengubah hatiku ialah menerima Sakramen Pengampunan Dosa”

Buanglah ragi yang lama, ragi keburukan dan kejahatan, dan jadilah adonan baru. 

Doa 

Allah Bapa, sumber kedamaian, berkenanlah menunjukkan jalan. Tuntunlah kami dengan tangan-Mu. Berikanlah sabda-Mu sebagai pedoman, sebab kami berniat mencari kedamaian-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Kita diundang untuk membuang ragi lama. Maksudnya, kita meninggalkan dosa. Kita mau hidup dalam Kristus, dalam kemurnian dan kebenaran.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:1-8)

"Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus."

Saudara-saudara, ada berita bahwa di antara kalian terdapat percabulan; bahkan percabulan yang begitu rupa yang di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun tidak terdapat; yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian, kalian malahan menyombongkan diri. Tidakkah lebih patut kalian berdukacita dan menyingkirkan orang yang berbuat demikian dari tengah-tengah kalian? Sekalipun aku tidak hadir secara badani, namun secara rohani aku hadir, dan aku menjatuhkan hukuman atas orang yang berbuat demikian, seakan-akan aku hadir di tengah kalian. Jadi bila kita, kalian bersama dengan aku, berkumpul dalam Roh dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan kepada Iblis dalam nama Tuhan Yesus, sehingga tubuhnya binasa, tetapi rohnya diselamatkan pada hari Tuhan. Maka tidak baiklah kalian menyombongkan diri. Tidak tahukah kalian, bahwa ragi yang sedikit saja dapat meresapi seluruh adonan? Maka buanglah ragi yang lama, supaya kalian menjadi adonan yang baru, sebab kalian memang tidak beragi. Sebab Kristus, Anak Domba Paskah kita sudah disembelih. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, melainkan dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. 

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, bimbinglah aku dalam keadilan-Mu.
Ayat. (Mzm 5:5-6.7.12)

  1. Engkau bukanlah Allah yang berkenan akan kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau benci terhadap semua orang yang melakukan kejahatan.
  2. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, Tuhan jijik melihat penumpah darah dan penipu.
  3. Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; karena Engkau, akan bersukarialah orang-orang yang mengasihi nama-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat.
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.

Bagi orang dewasa, tangan kanan adalah simbol kerja dan kehidupan. Yesus mau mengungkapkan kerahiman dan belas kasih-Nya. Ia memberi kehidupan dan masa depan yang cerah. 


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:6-11) 


"Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat."


Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk menyalahkan Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia berkata kepada orang yang mati tangan kanannya, “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri di tengah. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Aku bertanya kepada kalian: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?” Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Maka meluaplah amarah ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus. 

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Orang yang telah menerima Yesus Kristus dalam hidupnya harus berusaha hidup sesuai dengan kebenaran-kebenaran yang diajarkan-Nya. Orang Kristen berarti orang yang menghidupi Kristus dalam kemurnian dan kebenaran. Yesus mengajarkan bahwa dalam hidup beriman bukan hanya soal melanggar aturan keagamaan atau tidak, tetapi bagaimana relasi dengan-Nya mengubah hidup atau tidak. Tanda bahwa kita telah berubah dalam Kristus yaitu kalau kita selalu berbuat baik dan menyelamatkan sesama seperti Kristus telah berbuat baik dan menyelamatkan kita.


Seorang Pastor pembimbing pernah dikecewakan oleh anak-anak binaannya ketika mereka ‘bersekongkol’ untuk beramai-ramai dan diam-diam mengunakan Hand Phone yang waktu itu dilarang digunakan/pakai secara pribadi (masing-masing memiliki). Pastor itu kecewa karena mereka membiarkan suatu praktik yang bertentangan dengan kebijakan dan kesepakatan komunitas.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita, betapa sering orang membiarkan sesuatu yang melanggar hukum dan norma hidup bersama. Suatu pelanggaran yang nyata-nyata menghancurkan dan mencelakakan kehidupan bersama dibiarkan terjadi terus-menerus. Hal sedemikianlah yang dikecam Paulus kepada jemaat di Korintus. Mereka membiarkan, bahkan bermegah dengan sesuatu yang bertentangan dengan cara hidup Injili. Dengan tegas, Paulus mengajak mereka membuang dan melenyapkan cara hidup seperti itu.

Yesus juga tampil dengan sikap yang sama. Ia mengecam cara berpikir dan bersikap orang Farisi yang memutlakkan hukum Taurat dan mengabaikan keselamatan seseorang, dan karena itu berusaha mencari-cari kesempatan untuk menjebak Yesus dengan tuduhan pelanggaran hukum Taurat. Yesus menegaskan bahwa memikirkan dan mengusahakan keselamatan seseorang jauh lebih penting daripada sebuah ketaatan buta terhadap hukum.

Apakah kita cukup bijak dalam menyikapi setiap hukum dan aturan yang ada dalam kehidupan bersama sebagai umat dan anggota masyarakat?

Santo Laurensius Guistiniani, Uskup dan Pengaku Iman

Sejak masa remajanya Laurensius bercita – cita melayani Tuhan. Kesucian hidup sudah menjadi cita – cita yang terus membakar hatinya. Sekali peristiwa ia mendengar suatu suara ajaib berkata: “Ketentraman batin yang engkau dambakan hanya ada di dalam Aku, Tuhanmu.” Suara itu semakin memacu dia untuk lebih dekat pada Tuhan. Sejak itu segala hal duniawi tidak berarti lagi baginya. Tuhanlah satu – satunya yang mengisi relung hatinya. Desakan orangtuanya untuk mengawinkan dia tidak lagi digubrisnya. Satu – satunya pilihan bagi dia adalah mengikuti Kristus yang tersalib. Kepada Yesus, ia berdoa: “Engkaulah ya Tuhan satu – satunya cita – citaku”.

Laurensius masuk biara kanonik dari Santo Joris di Pulau Alga. Disanalah ia hidup lebih dekat dengan Tuhan dengan matiraga, doa dan pekerjaan harian. Hanyalah sekali ia pulang ke kampung halamannya ketika ibunya meninggal dunia. Pekerjaan yang ditugaskan kepadanya ialah mengemis – ngemis makanan di kota untuk seluruh penghuni biara. Tugas ini dilaksanakannya dengan penuh kegembiraan dan kesabaran demi Kristus yang tersalib.

Pada tahun 1406 ia ditabhiskan menjadi imam dan 27 tahun kemudian diangkat menjadi uskup di Kastello. Administrasi keuskupan di percayakan kepada orang lain dengan maksud agar dia dapat mencurahkan seluruh perhatiannya pada pelayanan dan pemeliharaan umatnya. Laurensius yang saleh ini kemudian diangkat menjadi Patrik pertama di Venisia.

Di dalam kebesarannya ia tetap seorang Uskup yang sederhana dan rendah hati. Ia terus menolong orang – orang miskin meskipun hal itu kadang – kadang membuat dia harus berhutang pada orang lain. Ia percaya penuh pada penyelenggaraan ilahi: “Tuhan yang mahaagung yang akan melunaskan utang – utangku.”


Ketika ajalnya mendekat, Laurensius tidak mau berbaring di atas tempat tidur yang empuk. Dia menyuruh pembantu – pembantunya agar membaringkan dia diatas papan yang biasa digunakannya. Ketika ia meninggal dunia, jenazahnya disemayankan selama dua bulan lamanya di dalam kapel biara. Badannya tidak rusak bahkan menyeburkan bau harum yang semerbak bagi setiap pengunjungnya. Laurentius wafat pada tahun 1455.