Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

19 Juli 2016

Selasa, 19 Juli 2016 == Hari Biasa Pekan XVI

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/
Janganlah kita buta terhadap kebaikan Kristus!


Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu ya Tuhan, dan berilah kami keselamatan-Mu. 

Doa


Allah Bapa Maha Penyayang, semoga kami memahami kehendak-Mu, yang terungkap dalam sabda-Mu, dan semoga Engkau selalu mendampingi kami dengan penyelenggaraan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. 

Amin.

Israel tidak luput dari dosa, tetapi selalu memiliki pengharapan dalam Tuhan. Tuhan itu Maharahim. Ia selalu mengampuni dosa umat-Nya.


Bacaan dari Nubuat Mikha (7:14-15.18-20) 



"Kiranya Engkau menunjukkan kasih setia-Mu"

Ya Tuhan, gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir. Adakah Allah lain seperti Engkau yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri? Yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita menghapus kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala. 

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan do = a, 4/4, PS 815
Ref. Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 85:2-4.5-6.7-8)

  1. Engkau telah berkenan kepada tanah-Mu, ya Tuhan, telah memulihkan keadaan Yakub. Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Engkau telah menyurutkan segala gemas-Mu, telah meredakan murka-Mu yang menyala-nyala.
  2. Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami. Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka-Mu turun-temurun?
  3. Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau? Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)

Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan menaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.


Syarat menjadi keluarga Yesus adalah melaksanakan kehendak Allah. Yesus mau membangun Keluarga Allah melampaui batas-batas fisik dan lahiriah belaka. 


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:46-50)

"Sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Yesus bersabda, "Inilah ibu-Ku, inilah saudara-Ku."

Sekali peristiwa ketika Yesus sedang berbicara dengan orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka berkatalah seseorang kepada-Nya, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi Yesus menjawab kepadanya, “Siapakah ibu-Ku?” Dan siapakah saudara-saudara-Ku?” Dan sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, Ia bersabda, “Inilah ibu-Ku, inilah saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku.” 

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan


Yesus datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya, yaitu mewartakan dan menghadirkan belas kasih Bapa. Allah menghendaki keselamatan manusia. Allah akan mengampuni dan memaafkan segala kesalahan kalau ada pertobatan. Kita sebagai pengikut Kristus tidak ditentukan oleh apakah kita dibaptis atau belum tetapi ditentukan oleh bagaimana kita berjuang bersama Yesus melaksanakan kehendak Bapa dengan menghadirkan belas kasih-Nya di tengah dunia. Sebagaimana Bunda Maria yang dengan penuh iman melaksanakan kehendak Allah, kita pun harus bekerja sama dengan Allah dalam karya keselamatan-Nya.


Maria dan saudara-saudara Yesus datang menemui-Nya. Namun, Yesus tidak segera ke luar menemui mereka. Bahkan Ia bertanya, ”Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Sepintas, jawaban Yesus ini terasa kasar, tidak sopan, kurang ajar, atau durhaka, karena Ia mempertanyakan ibunya sendiri.

Benarkah demikian? Tidak! Yesus justru memuji ibu dan saudara-saudara-Nya, karena merekalah orang yang melaksanakan kehendak Allah. ”Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga, dialah saudara-saudara-Ku, dialah ibu-Ku” (Mat. 121:50). Yesus mementingkan bukan hubungan darah atau keturunan, tetapi iman. Yang menjadi keluarga Yesus bukanlah orang yang sedarah dengan-Nya, tetapi yang melaksanakan kehendak Allah, sama seperti Diri-Nya.


Untunglah Yesus berkata demikian. Jika tidak, tentu kita sekarang ini mengkultuskan keturunan Yesus; kita mencari-cari daftar silsilah keturunan-Nya. Bisa terjadi pengidolaan manusia dapat mengarah ke penyembahan berhala. Karena itu, pengkultusan manusia tertentu, harus kita hilangkan. Kita tidak boleh memuja seseorang hanya karena suku, bangsa, warna kulit, atau jabatan tertentu, dan tidak lagi melihat perbuatannya, baik atau tidak. Semua itu, kata Kitab Suci, hendaknya ”dicampakkan ke dasar laut”. Pelaksanaan kehendak Tuhan menjadi kriteria dalam menilai mutu hidup seseorang.


Santo Arsenius Agung, Pertapa

Arsenius dikenal sebagai seorang pejabat tinggi di istana Kaisar Teodosius di Konstantinopel. Selain mengerjakan tugas-tugas wajib kenegaraan, ia pun menjadi guru dan pendidik bagi putera-puteri kaisar Teodosius. Dalam kedudukannya ini, Arsenius terkenal kaya-raya. Harta miliknya yang berlimpah itu cukup untuk memuaskan semua keinginan dan hawa nafsu duniawinya. Tampak jelas bahwa Arsenius berfoya-foya dengan kekayaannya itu, namun sesungguhnya ia sama sekali tidak merasa puas dan tenang-tenteram. Lama kelamaan, ia mulai merasa bahwa kepuasan dan ketenangan batin tidak bisa diperoleh dengan hidup berfoya-foya.

Ia mulai merobah cara hidupnya dengan lebih banyak meluangkan waktu untuk merenungkan makna kehidupannya di dunia ini. Lambat laun berkat rahmat Allah yang dicurahkan kepadanya, ia mulai mengerti dan menyadari kehampaan dan kesia-siaan kekayaan dan hormat duniawi. Dalam renungan-renungannya untuk lebih memahami makna hidupnya, ia terus memohon terang Roh Kudus agar dapat mengerti kehendak dan rencana Tuhan atas dirinya. Dengan cara inilah, ia mulai memperoleh ketenangan batin yang didambakannya.

Pada suatu hari ketika ia sedang berdoa, Tuhan berbicara kepadanya: "Arsenius, tinggalkanlah pergaulan dengan manusia demi keselamatan dirimu!" Suara Tuhan itu ditaatinya dengan segera meninggalkan semua sahabat kenalannya dan berlayar ke Aleksandria. Di Aleksandria, ia menjadi seorang pertapa di sebuah pertapaan di padang gurun Mesir. Dalam waktu singkat, Arsenius telah mencapai suatu kemajuan besar dalam hidup rohaninya. Ia menjadi seorang manusia baru yang saleh, rendah hati dan sabar.

Di pertapaan itu, ia sekali lagi mendengar suara panggilan Tuhan: "Arsenius, carilah sebuah tempat yang lebih sunyi, karena keheninganlah dasar keselamatan." Arsenius menaati suara Tuhan itu. Ia pergi dari pertapaannya yang pertama, dan mendirikan sebuah gubuk pertapaan yang jauh dari sahabat-sahabatnya. Sewaktu mau meninggalkan rekan-rekannya, ia berkata: "Tuhan tahu betapa besar cinta kasihku kepada kamu sekalian. Akan tetapi tidak mungkinlah bagi aku untuk serentak bergaul dengan Tuhan dan manusia".

Di pertapaan baru itu, Arsenius semakin bertambah maju pesat dalam cara hidup rohaninya. Banyak orang datang kepadanya meminta bimbingan rohani. Biasanya ia tidak banyak bicara. Jawaban dan petunjuk-petunjuknya serba singkat, namun jitu dan bijaksana. Beberapa kali ia pindah ke tempat yang jauh lebih sepi dan sunyi agar lebih bersatu dengan Tuhan secara pribadi. Arsenius meninggal dunia pada tahun 450. 

Santa Aurea, Martir


Aurea lahir pada tahun 856 dalam sebuah keluarga Islam. Gadis Muslim ini bertobat menjadi Kristen. Sepeninggal suaminya, ia masuk biara. Oleh seorang anggota keluarganya, Aurea dilaporkan kepada tokoh-tokoh Islam di kota Cordoba, Spanyol, sehingga ditangkap dan dipenggal kepalanya. Mayatnya dicampakkan ke sungai Guadalquivir.