“Kerahiman adalah dimensi kasih yang teramat penting, adalah seolah nama kedua dari kasih”
Aku mendengar Tuhan bersabda, ‘Siapakah yang akan Kuutus? Dan siapa yang akan pergi atas nama-Ku?’ Maka aku menjawab, ‘Inilah aku, utuslah aku!’
Allah Bapa Yang Mahakudus, kebijaksanaan-Mu tiada bandingnya, namun Engkau berkenan menampakkan wajah-Mu dalam diri Yesus Mesias, Saudara kami. Semoga kami dapat berjasa bagi dunia seperti Dia. Semoga kebahagiaan sesama menjadi sukacita kami yang besar. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Panggilan Yesaya dimulai dengan pengalaman akan kekudusan Allah. Dia merasa tidak pantas. Kuasa Tuhan sendiri memurnikan dan menyanggupkannya untuk menjadi nabi Tuhan.
Bacaan dari Kitab Yesaya (6:1-8)
"Aku ini orang yang berbibir najis, dan mataku telah melihat Sang Raja, Tuhan semesta alam."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan adalah Raja. Ia berpakaian kemegahan.
Ayat. (Mzm 93:1ab.1c-2.5; Ul:1a)
- Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan dan kekuatanlah ikat pinggang-Nya.
- Sungguh, telah tegaklah dunia, tidak lagi goyah! Takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.
- Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu berhiaskan kekudusan, ya Tuhan, sepanjang masa!
Ref. Alleluya, alleluya, alleluyaAyat. Berbahagialah kalian, kalau dicacimaki demi Yesus Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.
Seorang utusan harus memiliki iman yang kuat. Ia tidak pernah boleh takut kepada siapa pun. Tuhan menjadi andalan hidupnya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (10:24-33)
"Janganlah takut kepada mereka yang membunuh badan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Tuhan memilih dan mengutus kita ke tengah dunia untuk memberi kesaksian dan mewartakan Injil. Walaupun dimusuhi dan diancam, kita tidak perlu takut. Tuhan memelihara dan menjaga hidup kita. Kita diharapkan tetap teguh dalam iman, tetap mengakui dan memberi kesaksian tentang Yesus yang diutus untuk menyelamatkan kita.
Dalam Doa Syukur Agung, bersama para malaikat kita berdoa, ”Kudus, kudus, kuduslah Tuhan….” Kata-kata ini diambil dari Yesaya 6:3. Tiga kali kata ”kudus” diucapkan. Ini menyatakan bahwa Tuhan itu sungguh-sungguh kudus. Kita manusia tidaklah kudus, tetapi ”berbibir najis”. Karena itu, sebelum menjadi nabi, Yesaya dioles bibirnya dahulu dengan api oleh malaikat Serafim. Artinya, dibersihkan dari yang jahat. Baru sesudah itu Yesaya diutus menjadi nabi, sehingga ia hanya mewartakan apa yang ingin disampaikan Tuhan dan apa yang dikehendaki Tuhan saja.
Kita semua dipanggil dan diutus menjadi nabi masa kini. Untuk itu, kita harus membersihkan diri dahulu. Bibir dan hati yang najis harus ditahirkan. Sesudah itu barulah kita tidak takut lagi akan tantangan atau halangan ”yang dapat membunuh badan, tetapi tidak dapat membunuh jiwa”. Kita akan kuat dalam iman. Para martir telah memberikan kesaksian itu. Uskup Agung Oscar Romero menjadi saksi iman dan keadilan di negaranya, sampai dia ditembak mati ketika sedang Misa. St. Yohanes Paulus II tidak takut akan ancaman pembunuhan ketika beliau melawan komunisme di Eropa. Paus Fransiskus juga tak takut mati ditembak karena mewartakan kerahiman Tuhan. Ketika berkunjung ke negara lain, Paus malah menolak memakai mobil anti peluru. Memang, jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang kita takuti?
Santa Veronika dari Binasko, Perawan
Veronica adalah seorang gadis desa dan anak petani sederhana di sebuah desa dekat kota Milano. Ia mempunyai bakat dan bawaan yang luar biasa untuk mengerjakan segala macam pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dianggap tak berarti. Tugas-tugas yang diserahkan kepadanya selalu diselesaikannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Ia memang tidak tahu membaca dan menulis namun terbuka kepada Allah dan kokoh imannya. Hal ini membuat dia disenangi orang. Hal itu pulalah yang menghantar dia ke pintu gerbang hidup membiara. Gadis desa ini kemudian menjadi suster di biara Santa Martha di kota Milano.
Badannya yang kurang sehat karena ia sering sakit. Meskipun demikian ia tetap rajin melaksanakan setiap tugas yang dibebankan pimpinan kepadanya. Kehidupan rohaninya pun tetap dipeliharanya dengan doa dan Kurban Misa setiap hari. Semboyan hidupnya sederhana: "Saya akan terus bekerja selama saya masih sanggup dan selama masih ada waktu." Cita-citanya yang luhur untuk mengabdi Tuhan dan sesama setulusnya, mendorong dia untuk melakukan setiap pekerjaan dengan ujud yang murni. Ia tampak sabar dan tabah serta ramah kepada rekan-rekannya.
Kebiasaannya merenungkan sengsara Kristus memberi dia enghiburan dalam semua pengalamannya yang pahit. Akhirnya ia meninggal dunia dengan tenang pada tahun 1497.
Santo Adrian Fortoscue, Martir
Adrian lahir pada tahun 1476. Beliau adalah seorang perwira ordo Malta dan keponakan istri kedua Henry VIII. Karena tidak mengakui Raja Henry VIII sebagai kepala Gereja di Inggris, ia dipenggal di Tower, London pada tahun 1539.
Kesembilanbelas Martir kota Gorkum
Pada tanggal 26 Juni 1572 kota Gorkum jatuh ke tangan para bajak laut Belanda yang beragama Protestan. Penduduk memang mendapat jaminan keselamatan dan keamanan hidupnya, namun para imam dan biarawan tahu dan insyaf bahwa meraka akan mengalami banyak hambatan dalam karyanya, bahkan terancam juga hidup mereka. Untuk itu mereka seyogianya bersedia dan menanggung segala akibat buruk dari pendudukan itu. Mereka menyiapkan batin dengan mengaku dosa-dosanya dan menerima Komuni Kudus. Betullah dugaan mereka.
Para bajak laut itu segera menangkap dan memenjarakan mereka. Selama delapan hari mereka diadili dan disiksa. Di antara mereka terdapat dua orang Pastor Gorkum, yakni Pater Leonardus Vechel dan Pater Nikolas Poppel. Bersama mereka ada juga 9 orang imam dan 2 orang bruder Ordo Saudara-saudara Dina Santo Fransiskus, di bawah pimpinan Pater Nikolas Pieck. Beberapa hari kemudian ditangkap lagi Pastor Joanes, seorang imam Dominikan disebuah desa tak jauh dari Gorkum, seorang imam dan dua orang bruder Tarekat Santo Norbertus.
Pada tanggal 6 Juli para rohaniwan itu dibawa dengan kapal ke kota Brielle. Sepanjang perjalanan mereka terus disiksa dan tidak diberi makan. Keesokan harinya kapal itu berlabuh di pelabuhan Brielle. Lumey, kepala komplotan bajak laut itu datang menjemput mereka di pelabuhan. Mereka diolok-olok dan diarak menuju tiang gantungan yang sudah disiapkan di pasar. Mereka ditanyai perihal ketaatannya kepada Sri Paus di Roma dan imannya akan kehadiran Kristus di dalam Sakramen MahaKudus. Atas pertanyaan Lumey, soerang Bruder Fransiskan dengan tegas menjawab: "Saya meyakini semua yang diajarkan Gereja Katolik dan dipercayai oleh pemimpin biaraku."
Pater Nikolas Pieck, pemimpin biara Fransiskan itu dibebaskan karena keseganan para bajak laut itu terhadapnya. Tetapi Pater Nikolas sendiri tidak tega hati membiarkan rekan-rekannya disiksa. Ia menolak meninggalkan saudara-saudaranya sendirian menanggung penderitaan karena imannya. Lumey membujuk mereka untuk meninggalkan imannya dan menyangkal kepemimpinan Sri Paus atas Gereja. Namun usahanya ini sia-sia saja. Para martir itu dengan gigih mempertahankan imannya dan rela mati demi imannya.
Lumey yang sudah hilang kesabarannya itu segera memerintahkan anak buahnya untuk menggantung para martir itu ditiang gantungan. Seorang imam tua yang sudah berusia 70 tahun mendapat giliran terakhir. Para penjahat itu bimbang dan bermaksud melepaskan imam tua itu. Tetapi imam tua itu dengan senang hati menyerahkan diri untuk digantung agar dapat mati bersama saudara-saudaranya yang lain.
Demikianlah kesembilanbelas martir itu menjadi korban kebencian kaum Protestan Calvinis Belanda pada tanggal 9 Juli 1672, karena imannya akan kehadiran Kristus dalam Sakramen MahaKudus dan kesetiannya kepada Sri Paus di Roma sebagai pemimpin Gereja.