Memang, sifat orang baik itu tidak lupa memperhatikan kesejahteraan orang lain.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar.
Doa
Allah Bapa Mahakuasa, bila kami mematuhi perintah-Mu, maka kami bukan lagi hamba, melainkan putra. Kami mohon, ajarilah kami hidup penuh cinta kasih, yang memenuhi segala perintah serta mencakup semua orang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Kitab Yehezkiel (24:15-24)
"Yehezkiel hendaknya menjadi lambang bagimu; hendaklah kalian melakukan seperti yang dilakukannya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ref. Engkau telah melupakan Allah yang melahirkan dikau.
Ayat. (MT Ul 32:18-19.20.21)
- Hai umat, engkau telah melupakan Gunung Batu yang memperanakkan dikau, engkau telah melupakan Allah yang melahirkan dikau. Tuhan melihat hal itu, maka Ia menolak mereka, sebab Ia sakit hati karena anak-anaknya lelaki dan perempuan.
- Tuhan bersabda, "Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka. Sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan.
- Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-ku dengan berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal."
Bait Pengantar Injil do=bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 5:3)
Berbahagialah yang hidup miskin terdorong oleh Roh Kudus, sebab bagi merekalah kerajaan Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (19:16-22)
"Jika engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah kepada orang-orang miskin."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakan-Nya
U. Sabda-Mu adalah jalan kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Pertanyaan pemuda kaya yang baik yang baru kita baca hari ini ketika mendapat jawaban Yesus yang berkata kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (ay. 21) membuat sang pemuda menjadi pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Kisah perjumpaan orang muda ini dengan Yesus berakhir dengan sedih. Padahal bukankah sesungguhnya setiap sabda-Nya adalah kabar sukacita atau Injil? Tapi penginjil mencatat bahwa apa yang dialami pemuda itu terbalik dari hakikat atau inti kabar yang dibawa Tuhan. Tuhan membawa kabar gembira, tetapi orang muda itu menerima dan pulang dengan sedih.
Kata-kata Tuhan memang bisa menyedihkan, terutama jika Tuhan meminta sesuatu yang tidak kita inginkan. Kesedihan yang dialami orang muda itu datang karena hartanya melimpah, sementara Yesus menuntutnya untuk menjual demi orang miskin. Harta menjadi sebab dari kesedihannya karena orang muda itu ingin sekali hidup kekal dengan semua yang dia miliki.
Kita semua memiliki banyak harta di dunia ini. Orang miskin sekalipun punya harta milik yang ingin diabadikannya. Harta itu bermacam-macam bentuknya, bisa berupa pendidikan, bisa uang, barang, investasi, harga diri, jabatan, dan lain-lain. Kita harus menyadari bahwa semua itu dapatkan dari kemurahan Tuhan dan tidak ada yang abadi dari semua itu.
Oleh karena itu, semua harta yang ada pada kita janganlah menjadi penyebab kesedihan karena dapat menghalangi dan menghambat kita untuk mencapai hidup yang kekal. Jadikanlah harta sebagai pendorong bagi kita untuk mencapai hidup abadi dengan semangat berbagi dan beramal bagi orang miskin. Karena kaya itu bukan soal berapa banyak yang kita miliki tapi seberapa banyak kita memberikan kebaikan. Yesus tidak pernah melihat seberapa banyak gelar, uang, harta dan kebanggaan kita. Tuhan melihat apakah kita memberikan hidup kita untuk menciptakan kebaikan dan sukacita semua orang dan dunia ini. Sudahkah harta itu kita gunakan menjadi rahmat dan berkat Tuhan bagi kehidupan kita dan orang lain?
Kisah seorang anak muda kaya, yang datang kepada Yesus, telah menjadi inspirasi banyak orang untuk mengenali panggilan hidupnya sebagai seorang imam ataupun menjadi lebih dekat denganNya. Apa sebabnya? Di ayat 22 dikatakan, anak muda yang kaya itu mendengar perkataan Yesus, lalu pergi dengan sedih sebab banyak hartanya.
Dikatakan ia pergi dengan sedih. Bisa dibayangkan kata-kata Yesus telah masuk ke dalam hati nuraninya yang terdalam, menyentuh apa yang menjadi kebahagiaannya yang sejati. Ia melanjutkan dan mengisi hidupnya kemudian dengan suatu ketidakbahagiaan. Inilah yang menjawab mengapa orang zaman sekarang meski berlimpah harta sekalipun, tetap merasakan kekosongan dalam hidup mereka.
Datang kepada Yesus dan bertanyalah pada-Nya, dalam doa dan permenungan pribadi, tentang apa yang menjadi kebahagiaan diri kita yang sejati. Janganlah terbuai dengan godaan dunia yang menekankan bahwa kebahagiaan terletak pada banyaknya materi yang kita punya. Justru semestinya kekayaan yang kita punya dilihat sebagai fasilitas yang membantu kita untuk lebih dekat dengan Tuhan. Bukan sebaliknya menjauhkan kita dari Dia. Yesus paling tahu tentang apa yang menjadi kebahagiaan sejati tiap-tiap orang. Dan bila kita sudah tahu apa yang menjadi kebahagiaan diri kita, berjuanglah sepanjang hidup untuk berjalan mewujudkan kebahagiaan itu.
Santa Perawan Maria diangkat ke Surga
Pada hari ini, kita merayakan peristiwa iman “Maria diangkat ke Surga”. Kita diajak Gereja untuk merenungkan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, Bunda Kristus dan Bunda seluruh umat beriman. Kita percaya bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk menjadi Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal dan mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang kudus.
Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan jiwa dan badan, karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Kebenaran iman ini dimaklumkan sebagai dogma dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Sri Paus Pius XII (1939-1958) pada tanggal 1 November 1950. Maklumat ini dapat dipandang sebagai ‘mahkota’ perkembangan devosi dan teologi seputar masalah ini.
Dogma ini sama sekali tidak menentukan apa-apa sehubungan dengan kematian Maria. Tidak diketahui secara pasti apakah Perawan terberkati ini meninggal, tetapi kalau pun toh terjadi, kematiannya tentu tidak disertai dengan ketakutan dan penderitaan sebagaimana biasanya dialami manusia, bahkan sebaliknya diliputi ketentraman dan kegembiraan sebagai suatu perpindahan dari dunia ke dalam keabadian. Dogma ini pada hakekatnya bertumpu pada iman umat sejak dahulu kala, bukannya pada satu teks Alkitab tertentu.
Dalam Konstitusi Apostolik itu, Sri Paus menyatakan: “Kami memaklumkan, menyatakan dan menentukannya sebagai suatu dogma wahyu ilahi: bahwa Bunda Allah yang Tak Bernoda, Perawan Maria telah menyelesaikan hidupnya didunia ini, diangkat dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surga”. Di antara 1849-1950, Vatikan dikirimi banyak sekali permohonan dari segala penjuru dunia agar kepercayaan akan Maria Diangkat ke surga diumumkan secara resmi sebagai dogma. Pada tanggal 1 Mei 1946, Paus Pius XII (1939-1958) mengirim kepada para uskup sedunia Ensiklik Deiparae Virginis; di dalamnya Paus menanyakan para uskup sedunia sejauh manakah mereka setuju agar dogma itu benar-benar dimaklumkan. Jawaban para uskup hampir senada, yaitu positif.
Paus bertitik tolak dari persatuan mesra Maria dengan Yesus, Puteranya, khususnya semasa Yesus masih kecil. Persatuan ini diyakini sebagai tidak mungkin tidak diteruskan selama-lamanya; tak mungkin Maria yang melahirkan Yesus dapat terpisah dari Yesus secara fisik. Selaku Puteranya, Yesus tentu menghormati ibuNya, bukan hanya Bapa-Nya. Tanda-tanda pertama ibadat kepada Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, ditemukan para ahli di kota Yerusalem dalam masa awal Gereja Kristen. Pesta Maria Diangkat ke Surga sudah populer sekali di kalangan Gereja Timur pada abad ke VIII.
Konsili Vatikan II bicara juga tentang Dogma Maria Diangkat ke Surga. Konsili mengatakan: “Akhirnya, sesudah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan Tak Tercela, yang senantiasa kebal terhadap semua noda dosa asal, diangkat ke kejayaan surgawi dengan badan dan jiwanya” (LG No.59). Dalam Lumen Gentium Nomor 68 tertulis: “Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwa, dan menjadi citra serta awal penyempurnaan Gereja di masa datang. Begitu pula dalam dunia ini-sampai tiba hari Tuhan (bdk. 2Ptr 3:10)-, ia bersinar gemilang sebagai tanda harapan yang pasti dan tanda hiburan bagi umat Allah yang sedang berziarah”.
Yesus yang sungguh Allah dan sungguh Manusia sekarang bertahkta di surga sebagai Raja kepadaNya telah diserahkan seluruh kekuasaan di surga dan di dunia. Dan Maria, ibuNya menyertai Dia dengan setia dalam seluruh karya-Nya di tengah-tengah manusia kini bertahkta juga di surga sebagai Ratu Surgawi, yang mendoakan kita dihadapan Putera-Nya dan menolong kita dalam semua kedudukan kita. Di dalam Yesus dan Maria, keluhuran martabat manusia tampak dengan cemerlang. Kecemerlangan martabat manusia itu bukan terutama karena keangungan manusia di antara ciptaan lainnya melainkan terutama karena karya Penebusan Yesus Kristus, Putera Maria, dan persatuan mesra denganNya. Pengangkatan Maria ke Surga dengan badan dan jiwanya menunjukkan juga kepada kita betapa tingginya nilai tubuh manusia dihadapan Allah karena Penebusan Yesus Kristus dan persatuan erat mesra denganNya. Oleh penebusan dan persatuan ini, tubuh kita tidak sehina tubuh hewan karena sudah dikuduskan oleh Kristus. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menghormati tubuh kita dan tubuh oranglain. Sehubungan dengan itu, biasanya kita berdoa: “Bunda Maria yang tak bernoda, murnikanlah badanku dan sucikanlah jiwaku!”
Santo Tarsisius, Martir
Tarsisius dihormati Gereja sebagai pelindung para akolit dan pelayan Misa. Menurut tradisi abad ketiga, yang didasarkan pada sebuah syair dari Paus Santo Damascus (366-384), Tarsisius adalah seorang martir yang mati di tangan orang-orang kafir karena ia menolak menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing-anjing penindas itu. Sedangkan menurut tradisi abad keenam, Tarsisius dikenal sebagai seorang akolit muda yang ditugaskan membawa Komuni Kudus kepada orang-orang Kristen yang dipenjarakan selama masa penganiayaan yang dilancarkan oleh Kaisar Valerianus (253-260). Penghormatan dan kebaktian kepada Sakramen MahaKudus didasarkan pada kesaksian iman Tarsisius. Tarsisius dikuburkan di pekuburan Santo Kallistus di Roma.