"Hasil dari kebingungan peran ini di era modern telah menjadi kecenderungan untuk awam menjadi seperti imam dan peran imam seperti hilang. Indikasi dari kebingungan ini telah meningkatkan penghapusan aturan altar dari tempat-tempat suci, misal sedang duduk atau ketika setiap orang sedang sujud di sekitar tatanan altar. Begitu banyak orang sudah mulai berjalan atau masuk ke tempat kudus, sangat banyak sehingga ada banyak kekeliruan sikap dan gangguan di banyak pelayanan liturgi kita. Ekaristi Kudus itu dalam situasi seperti ini menjadi sebuah pertunjukan dan imam menjadi aktor dari pertunjukan itu ... "
Tuhan menjaga kita seperti gembala menjaga kawanannya.
Doa
Allah Bapa Mahasetia, perkenankanlah kami menerima sabda-Mu, dan percaya akan janji-Mu melalui Yesus Mesias, Sabda-Mu terakhir serta cahaya hidup kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (31:1-7)
"Aku mengasihi engkau dengan kasih yang abadi."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan menjaga kita seperti gembala menjaga kawanannya.
Ayat. (MT Yer. 31:10,11-12ab,13)
- Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa, dan beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan menghimpunnya kembali.
- Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat daripadanya. Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.
- Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.
Bait Pengantar Injil do = g, 4/4 , PS 963
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Setelah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (15:21-28)
"Hai ibu, sungguh besar imanmu!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
'Di mana ada kemauan, di situ ada jalan". Begitulah cerita seorang ibu dikisahkan salah satu program televisi "Minta Tolong". Seorang ibu yang berjalan kaki dari rumah ke rumah mencari uang dengan menawarkan jasa menjadi buruh cuci demi mengobati anaknya yang terbaring di rumah terkena demam berdarah. Uang tabungan mereka sudah dikuras habis untuk biaya pengobatan anaknya bahkan sampai mereka diminta meninggalkan rumah sakit karena tidak dapat membayar. Berbekal keyakinan "Gusti boten sare!" (Tuhan tidak tidur), ia yakin pasti ada orang baik yang dapat menolongnya.
Sebuah kemauan mendorong orang mencapai apa yang menjadi harapannya. Injil Matius mencatat kisah, tentang semangat iman seorang perempuan yang pantang menyerah. Seorang perempuan Kanaan yang memiliki anak perempuan yang kerasukan setan. Perempuan ini sudah ke sana kemari demi pulihnya sang anak namun tak seorang dapat membantunya. Berita kedatangan Yesus merupakan berita yang membawa kabar gembira bagi keluarganya.
Perempuan ini mendatangi Yesus dengan membawa anaknya karena ia percaya Yesus dapat menolongnya. Ia berseru kepada-Nya walaupun tampaknya seperti mustahil. "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Bahasa yang dipakai memang terkesan kasar. Namun itulah yang menjadi inti ketika kita ingin disembuhkan Tuhan maka kita harus tahu posisi kita di hadapan Tuhan. Siapa diri kita dan harus menjadi rendah hati. Kita harusnya sadar, inilah belas kasih sejati, yaitu belas kasih yang lahir dari kesadaran diri akan posisi kita dan daya kerendahhatian. Belas kasih yang memerdekakan dan memberi hidup.
Dalam kehidupan, kita mudah tersingung, marah dan mengambil jarak dengan Tuhan, apabila kita merasa diacuhkan atau ditinggalkan Tuhan. Sikap penolakan membuat kita makin jauh dengan Tuhan. Sikap penolakan itu menandakan bahwa kita masih tergolong sombong, merasa diri hebat. Inilah titik kelemahan kita. Tuhan Yesus menginginkan hati yang hancur dan remuk di hadapan-Nya. Perempuan itu mengajak kia untuk menghampiri Yesus dengan semangat pantang menyerah. Dia meminta kita untuk bergumul sampai menang. Mampukah kita memiliki semangat seperti perempuan itu?
Dalam kisah perempuan Kanaan yang percaya pada Yesus kita bisa melihat tokoh seorang perempuan hebat. Dia seorang ibu yang luar biasa, cerdas, dan mampu menangkap esensi dari Firman yang dilakukan oleh Yesus. Perempuan ini adalah penduduk asli Kanaan. Dia punya allah atau dewa-dewanya sendiri. Yang unik dari tokoh ini adalah dia malah datang kepada Yesus. Dia datang tidak dengan tangan hampa, tetapi dengan iman dan pengenalan akan Yesus yang tidak banyak dimiliki oleh tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru.
Dia berseru: ”Kasianilah aku, ya Tuhan, anak Daud”. Dia sangat prihatin dengan kondisi anaknya yang kerasukan setan dan sangat menderita. Dalam keadaannya yang terjepit, ibu ini mampu membalik kalimat Yesus dengan cerdas: ”Anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Pemahaman perempuan ini membuat Yesus terkesan dan memberikan anugerah luar biasa: ”Hai ibu, besar imanmu, jadilah padamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Kisah penyembuhan seperti ini hendak memperlihatkan bahwa uluran kasih Tuhan kepada kita tercurah bukan saja karena iman kita, tetapi juga iman yang besar dari orang-orang di sekitar kita, teristimewa orang-orang yang dekat dengan kita. Doa, permohonan, yang disampaikan dengan iman yang teguh dan cinta yang besar bagi kesembuhan dan kebaikan orang lain akan dikabulkan Tuhan.
Figur ibu yang penuh iman dan pantang menyerah ini mengingatkan kita pada sosok orangtua kita sendiri. Apa pun akan dilakukan demi kebahagiaan dan keselamatan anaknya. Doa-doa mereka didkabulkan Tuhan bagi kita anak-anaknya.
Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel.
Pria kelahiran Roma ini menjadi Paus pada tanggal 12 Mei 254 hingga wafatnya pada tanggal 2 Agustus 257. Kepemimpinannya atas Gereja Kristus berlangsung antara masa pemerintahan Kaisar Decius dan Valerianus yang diwarnai dengan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Paus Stefanus terkenal luas karena membela sahnya permandian yang diberikan oleh seorang bidat. Pembelaannya itu dilancarkannya sebagai perlawanan terhadap Siprianus, Uskup Kartago bersama Uskup-uskup Afrika dan Asia Kecil lainnya yang mengajarkan bahwa permandian yang diberikan oleh seorang bidat tidaklah sah karena pribadi pelayanannya berada dalam keadaan berdosa dan karena itu tidak pantas melayani sakramen. Dalam pembelaannya Paus Stefanus menekankan bahwa rahmat Sakramen berasal dari Kristus sendiri, bukan dari pribadi pelayannya.
Stefanus juga menghadapi masalah-masalah gerejawi di Spanyol dan Prancis. Di Spanyol, ketika Kaisar Decius melancarkan penganiayaan terhadap orang Kristen, dua orang Uskup Spanyol, yaitu Martial dan Basilides, meninggalkan Gereja. Keduanya melakukan beberapa kesalahan serius yang merugikan Gereja dan mencemarkan iman Kristiani. Persitiwa ini terjadi sewaktu Paus Lucius I (253-254) yang digantikan Stefanus, memangku jabatan sebagai Paus. Ia mendukung pemecatan yang dilakukan uskup-uskup Spanyol lainnya terhadap Martial dan Basilides. Tatkala Stefanus memangku jabatan Paus, Basilides dengan tipu daya yang licik berhasil memenangkan dukungan banyak orang untuk kembali memangku jabatannya sebagai uskup. Uskup-uskup Spanyol memprotes dan meminta bantuan Siprianus untuk mencegah hal itu.
Siprianus segera mengadakan rapat bersama Uskup Afrika lainnya untuk mempertahankan keputusan terdahulu, bahwa meskipun Martial dan Basilides sudah bertobat, namun mereka tidak boleh lagi memangku jabatan sebagai uskup. Hal ini didukung oleh Paus Stefanus, meskipun ditolak oleh Basilides. Di Prancis, Uskup-uskup Prancis memohon kepada Paus Stefanus agar memberhentikan Uskup Marsianus dari Arles, yang tidak mau menerima kembali orang-orang murtad yang sudah bertobat. Karena Paus tidak segera menanggapi permohonan itu, Uskup-uskup Prancis meminta bantuan Siprianus untuk menangani masalah ini. Tapi kemudian Paus Stefanus memecat Marsianus yang terus berpegang pada ajaran Novatian, dan menggantikannya dengan uskup lain.
Paus Stefanus dengan setia mendampingi umat dalam masa penganiayaan itu. Ia dihormati sebagai martir, meskipun bukti-bukti tentang kemartirannya tidak jelas diketahui. Beliau dikuburkan di pekuburan Santo Kallistus di Roma.