“Dalam perayaan Maria diangkat ke surga juga mengambil dasar Mzm 132:8, “… seperti halnya Yesus Kristus telah bangkit dari kematian di mana Ia menang dan telah naik ke sisi kanan Allah Bapa; demikianlah tabut kudus-Nya, “telah bangkit, sebab pada hari itu Bunda Perawan telah diangkat ke tempat kediamannya di surga.”
Suatu tanda besar tampak di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan mahkota dua belas bintang pada kepalanya.
Suatu tanda besar tampak di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan mahkota dua belas bintang pada kepalanya.
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, Perawan Maria yang tak bernoda, Bunda Putra-Mu, telah Engkau angkat ke dalam kemuliaan surgawi dengan jiwa dan raganya. Kami mohon, semoga dengan tetap mengarahkan hati kepada perkara-perkara surgawi, kami layak ikut serta dalam kemuliaannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan dari Kitab Wahyu (11:19a; 12:1-6a.10ab)
"Seorang perempuan berselubungkan matahari dengan bulan di bawah kakinya."
Aku, Yohanes, melihat Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu. Lalu tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung. Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda lain di langit: Seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Ekornya menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkannya. Dan perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Tetapi tiba-tiba Anak itu direnggut dan dibawa lari kepada Allah dan ke hadapan tahta-Nya. Lalu perempuan itu lari ke padang gurun, di mana Allah telah menyediakan suatu tempat baginya. Kemudian aku mendengar suara yang nyaring di surga, “Sekarang telah tiba keselamatan, kuasa dan pemerintahan Allah kita! Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah! Sebab para pendakwa yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah, telah dilemparkan ke bawah!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=d, 2/2, PS 861
Ref. Segala keturunan akan menyebut aku bahagia
Ayat. (Mzm 45:10-12.16 Ul:10d)
- Dengarlah, hai puteri, lihatlah dan sendengkanlah telingamu, Lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi bergairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya.
- Di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari ofir.
- Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.
"Kristus sebagai buah sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya."
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do=f, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. Maria diangkat ke surga, para malaikat bergembira.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:39-56)
"Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan meninggikan orang-orang yang rendah."
Sesungguhnya, mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan nama-Nya adalah Kudus. Rahmat-Nya turun temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya, dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” Kira-kira tiga bulan lamanya, Maria tinggal bersama dengan Elisabet, lalu pulang ke rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Santa Perawan Maria diangkat ke surga adalah dogma Gereja yang masih tergolong baru, karena dinyatakan oleh Paus Pius XII pada hari raya semua orang kudus, 1 November 1950. Kata-kata Paus pada waktu itu bahwa Santa Perawan Maria tak bercela, ibu Tuhan, setelah menyelesaikan hidup di dunia, telah diangkat pada kemuliaan surgawi dengan jiwa dan tubuhnya.
Meski tergolong baru, bukan berarti umat Kristiani baru mengimani peristiwa iman ini, karena jauh sebelumnya (sejak abad IV) perayaan Maria diangkat ke surga telah dipraktikkan. Hal ini tampak dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja, seperti Efrem dari Sirus dan Epifanius dari Salamina. Praktik iman ini terus dilanjutkan sampai dengan promulgasi dogma Maria Diangkat ke Surga oleh Paus Pius XII tersebut.
Bacaan pada hari raya ini agak khusus dari biasanya, dalam arti bahwa setiap hari raya umumnya bacaan sangat berkaitan erat dengan peristiwa tersebut. Akan tetapi, perayaan kali ini agak kurang, walaupun permenungan mendalam diperoleh sehubungan dengan hari ini. Bacaan Injil memberikan konteks kunjungan Maria kepada sanaknya, Elisabet. Bacaan pertama yang diambil dari Kitab Wahyu, memberikan nuansa lebih luas mengenai perayaan ini, karena mengindikasikan situasi kehidupan di surga.
Melalui dogma (Tuhan yang Mahamurah) yang menyatakan Maria diangkat ke surga, Gereja mau menunjukkan bahwa Tuhan ingin menyelamatkan semua orang. Oleh sebab itu Ia mngutus Putera-Nya yang lahir oleh Roh Kudus melalui rahim Maria. Tuhan tentu tidak asal memilih perempuan, tetapi Ia menetapkan pilihan kepada Maria yang hidup pada zaman itu. Peristiwa pemilihan ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dari Injil, kita melihat bahwa pilihan Tuhan kepada Maria sebagai ibu pengandung Putra Allah adalah tepat sekali, bahkan kecacatan dalam hal kekurangan tidak pernah ditemukan di dalam dirinya, mulai sejak Maria dikandung sampai akhir. Salah satu rangkaian perjalanan hidup yang dimiliki Maria adalah kunjungan Maria kepada Elisabet yang dibacakan hari ini. Kata-kata Maria kepada Elisabet yang sebelumnya menanyakan identitas dirinya, sehingga Maria datang berkunjung kepadanya, menunjukkan suatu ungkapan iman mendalam, yaitu kemampuan melihat karya Tuhan di dunia ini yang mengarah kepada semua orang. Karya Tuhan ini perlu ditanggapi oleh manusia, dan Maria adalah contoh sempurna untuk itu.
Anugerah utama untuk menyikapi Tuhan dengan baik adalah kehidupan kekal yang merupakan tujuan akhir semua manusia. Maria, berkat hidupnya di hadirat Tuhan, dimahkotai dengan kemuliaan di surga, seperti yang gambarannya telah disebutkan oleh Kitab Wahyu. Maria memperoleh anugerah seindah itu, karena kelayakannya hidup di dunia ini, sehingga ia mengandung Putra Allah.
Dalam sapaan Elisabet kepada Maria dikatakan: ”Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk. 1:42). Kata-kata ini mencerminkan iman Gereja Perdana yang menempatkan Maria dalam posisi yang penting dalam sejarah keselamatan Allah. Dalam karya keselamatan itu Maria tampil mewakili segala ciptaan sebagai manusia yang percaya pada karya Allah. Elisabet berkata: ”Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk. 1:45).
Di sini Elisabet memberikan kunci untuk membuka misteri dalam hidup kita sebagai orang-orang percaya. Bersama Maria kita diajak untuk percaya meski terkadang untuk percaya itu tidak mudah bahkan sangat sulit. Terkadang segala problem hidup, penderitaan, dan hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, menggoda iman kita untuk tidak percaya pada kasih Tuhan.
Hidup Maria sebagai Ibu Juru Selamat juga tidaklah mudah. Tantangan, kesulitan, terpaan masalah juga datang silih berganti. Namun, Maria tetap percaya bahwa janji Allah dalam dirinya akan terlaksana. Kepercayaan Maria membuka sebuah pintu bagi dunia untuk mengenal kasih Allah yang luar biasa dalam diri Yesus, putranya.
Berbahagialah rahim Perawan Maria, yang telah mengandung Putra Bapa yang kekal.
Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku
Maximilian Kolbe lahir di Zdunska-Wola, dekat Lodz Polandia pada tanggal 7 Januari 1894. Ia kemudian dipermandikan dengan nama Raymond. Setelah dewasa, ia masuk biara Fransiskan dan mengambil nama Maximilianus. Kaul kebiaraannya yang pertama diucapkannya pada tahun 1911. Sebagai seorang biarawan Fransiskan, Maximilian dikenal sebagai seorang yang saleh. Pada tahun 1917, ia mendirikan Militia Maria Immaculata di Roma untuk memajukan kebaktian kepada Bunda Maria yang dikandung tanpa noda. Pada tahun 1918, Maximilian ditabhiskan menjadi imam dan kemudian kembali ke Polandia untuk berkarya disana. Di Polandia, ia menyebarkan berbagai tulisan tentang Bunda Maria dalam buletin 'Militia Maria Immaculata'. Selain itu ia mendirikan biara di Niepokalanov pada tahun 1927 untuk memberi tempat pada 800 biarawan. Biara yang sama didirikannya di Jepang dan India. Dikemudian hari, ia menjadi superior sendiri. Itulah sekilas kebesaran dan karya Maximilian.
Tuhan mencobai Maximilian yang saleh dan setia ini melibihi orang-orang lain. Kiranya benar juga bahwa semakin kuat dan besar iman seseorang, semakin berat juga cobaan yang harus dialami, demi memurnikan imannya dan mempertinggi kesuciannya. Pada tahun 1939 Gespato, Jerman yang keji itu memasuki wilayah Polandia. Diktator Jerman itu yakin bahwa untuk mematahkan semangat orang Polandia perlulah menahan, memenjarakan dan membunuh para pemimpinnya, baik pololik, maupun keagamaan dan para ahlinya. Lebih-lebih pers Polandia harus dihancurkan.
Maximilian Kolbe dikenal sebagai seorang penulis dan editor majalah. Maka ia ditangkap oleh Gestapo dan diasingkan ke Lamsdorf, Jerman dan dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi Amstitz. Pernah ia dilepaskan, tetapi kemudian ditangkap lagi pada tahun 1941, dan dipenjarakan di Pawiak, lalu dipindahkan ke kamp konsentrasi Auscwitz. Di kamp konsentrasi ini, Maximilian dengan diam-diam menjalankan tugasnya sebagai imam bagi para tahanan yang ada disana. Dengan kondisi tubuh yang kurus kering, Maximilian turut serta dalam kerja paksa. TBC yang dideritanya semakin parah karena kerja paksa itu.
Pada suatu hari seorang sersan bernama Gajowniczek dijatuhi hukuman mati. Karena sangat takut, ia berteriak-teriak menyebut anak-anak dan istrinya. Mendengar teriakan sersan itu, Maximilian Kolbe maju dengan tegap untuk meminta menggantikan sersan malang itu. "Daripada sersan yang beranak-istri ini mati, lebih baiklah saya yang mati. Karena toh saya tidak beranak-istri", kata Maximilian. Bersama dengan para sandera lainnya, Maximilian tidak diberi makan dan minum. Namun ia bisa bertahan sebagai korban terakhir, dan baru mati setelah disuntik dengan carbolic acid.