“Ia tidak meninggalkan surga, ketika Ia turun dari surga kepada kita; dan Ia tidak meninggalkan kita, ketika Ia naik lagi ke surga” (St. Agustinus)
Hai orang-orang Galilea, mengapa takjub memandang ke langit? Sebagaimana kamu melihat Yesus naik ke Surga demikian Ia akan datang kembali, alleluya.
Doa
Allah Yang Mahakuasa, semoga kami bersorak-sorai karena sukacita yang suci dan dengan gembira mengucap syukur. Sebab dalam diri Kristus yang naik ke surga kami ditinggikan, dan sebagai anggota Tubuh-Nya kami pun berharap akan turut serta dalam kemuliaan Kristus, Kepala Gereja, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (1:1-11)
"Mereka melihat Dia terangkat ke surga."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 825
Ref. Allah telah naik, diiringi sorak-sorai. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Ayat. (Mzm 47:2-3.6-7.8-9; Ul:6)
- Hai segala bangsa, bertepuk-tanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak sorai! Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja Agung atas seluruh bumi.
- Allah telah naik diiringi sorak-sorai. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah! Kidungkanlah mazmur bagi Raja kita, kidungkan mazmur!
- Sebab Allah adalah Raja atas seluruh bumi, bermazmurlah dengan lagu yang paling indah! Allah merajai segala bangsa, di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (1:17-23)
"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
atau
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (9:24-28; 10:19-23)
"Kristus masuk ke dalam surga sendiri."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 28:19.20)
Pergilah dan ajarlah semua bangsa, firman Tuhan; Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:46-53)
"Kristus masuk ke dalam surga sendiri."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
MENJADI SAKSI KENAIKAN YESUS
Selama masa Paskah, kita sering sekali mendengarkan Injil yang menceritakan penampakan Yesus Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus itu sendiri telah kita rayakan selama empat puluh hari yang lalu. Hari ini kita merayakan kenaikan-Nya ke surga.
Kenaikan Yesus sudah dikatakan sebelumnya dalam penampakan yang merupakan sarana penebusan kita. Sumber kenaikan ini diambil dari Injil Lukas dan Kisah Para Rasul yang adalah juga tulisannya. Kedua Kitab ini saling melengkapi informasi satu dengan yang lain untuk perayaan ini.
Peristiwa Kenaikan Yesus Kristus adalah bagian dari rencana penyelamatan Tuhan kepada kita, karena setelah peristiwa itu, Roh Kudus yang menyertai Gereja diutus-Nya, yang akan dirayakan sepuluh hari ke depan. Dengan demikian, kita di dunia selalu memiliki arahan hidup yang membimbing ke jalan yang benar.
Kita yang saat ini merayakan kenaikan Yesus, sebenarnya juga merayakan kenaikan kita kelak, karena perayaan ini memberikan kepada kita harapan hidup bahwa ada kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini. Yesus Kristus telah membuktikan itu dengan kenaikan-Nya. Cara hidup kita yang baik dan beriman saat ini, kemudian akan dikaruniai dengan kenaikan kita ke surga yang adalah tujuan hidup di dunia ini.
Pada saat kenaikan-Nya ke surga, Yesus Kristus mengatakan kepada para Rasul bahwa mereka adalah saksi akan peristiwa iman ini, sehingga sampai saat ini kita memperoleh makna perayaan ini. Kemudian, kata-kata yang sama telah disampaikan kepada para Rasul, juga kita dengarkan dari Yesus Kristus yang menyatakan bahwa kita adalah juga saksi akan kenaikan-Nya.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai saksi kenaikan-Nya? Berkat bimbingan Roh Kudus yang telah kita terima dari Pembaptisan (diterima juga oleh mereka yang akan dibaptis), tugas yang telah diterima para Rasul juga kita emban. Tugas ini tidak gampang dan merupakan suatu tanggung jawab setiap orang Kristiani.
Kita memang bukan saksi mata seperti yang dialami oleh para Rasul. Akan tetapi kita menjadi saksi akan nilai dari kenaikan-Nya yang lebih mengarahkan harapan hidup kita dan orang lain saat ini. Paling tidak, ada dua hal perlu diperhatikan di dalam hidup ini, agar bisa menjadi saksi kenaikan-Nya, bahkan menjadi dasar seorang Kristiani. Sebenarnya menjadi Kristiani itu sangat gampang dan mudah, karena cukup menghayati dan melakukan keduanya.
Pertama adalah peraturan yaitu kasih, baik itu kepada Tuhan maupun sesama. Yang kedua adalah cara hidup yaitu sesuai dengan iman. Melaksanakan kedua hal ini saja sudah cukup. Siapa memiliki cara hidup seperti ini, pasti telah menjadi pengikut Kristus yang baik dan sesuai dengan panggilannya di dunia ini. Bahkan jawaban paling sempurna dari pertanyaan sebelumnya yaitu hidup sesuai dengan iman dan menjadi saksi kenaikan Yesus Kristus.
Santo Hilarius dari Arles, Uskup
Hilarius lahir kira-kira pada tahun 401. Ketika meninjak masa remajanya, Hilarius masuk biara santo Honoratus di Pulau Lerins, Prancis dan ditabhiskan menjadi Uskup Agung Arles pada usia 29 tahun. Ia juga diangkat oleh Sri Paus Leo Agung (440-460) sebagai Uskup Metropolitan di Propinsi Gerejawi itu. Dalam jabatannya itu, Hilarius tetap menghayati cara hidup sederhana seorang rahib, dan rajin melakukan pekerjaan-pekerjaan tangan demi kesejahteraan para fakir miskin. Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang tinggi disiplin hidupnya dan aktif dalam karya-karya pastoral.
Ia memecat Uskup Chelidonius dan Proyektus dari jabatan karena kurang aktif dalam tugas dan kurang berdisiplin diri. Karena tindakan ini bukan merupakan wewenangnya, maka ia diberi peringatan tegas oleh Paus Leo Agung, dan diturunkan jabatannya sebagai uskup Metropolitan.
Meskipun demikian, ia tetap menjadi Uskup Arles, dan terus berkarya seperti biasa hingga hari kematiannya pada tahun 449. Hilarius, seorang uskup yang sederhana, miskin, rajin dan mahir menafsirkan Kitab Suci.
Santa Yutta, Pengaku Iman
Sebagai seorang bangsawan, ia menikmati kehidupan yang sejahtera. Hartanya berlimpah, namun setelah suaminya gugur di medan perang, Yutta meninggalkan segala kemewahannya dan mengalihkan perhatiannya untuk membantu kaum miskin dan merawat orang-orang buta. Yutta menjalankan devosi khusus kepada Hati Kudus Yesus. Ia meninggal dunia sebagai pertapa di Kulmsee, Prusia Timur.