Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

28 Februari 2017

Rabu, 01 Maret 2017 == Hari Rabu Abu - Hari Puasa dan Pantang

 MATIUS  6:1-6.16-18


Bacaan dari Nubuat Yoel (2:12-18)


“Sekarang,” beginilah sabda Tuhan, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: “Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.


Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 813
Ref. Mohon ampun kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-6a.12-14-17; Ul: 3a)

  1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku!
  2. Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
  3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil Roh-Mu yang kudus dari padaku!
  4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)

Jangan kautegarkan hatimu; dengarkanlah suara Tuhan pada hari ini.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Rabu Abu adalah perayaan iman yang mengingatkan kita akan asal dan tujuan hidup kita. Kita, manusia, berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu sesudah kematiannya.

Hari ini kita diingatkan akan asal dan tujuan hidup kita, yang mesti diperjuangkan dalam semangat pertobatan. Dikatakan bahwa pertobatan, perubahan, peralihan dan penataan hidup orang beriman harus dilakukan secara total. “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.... Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu,” firman Tuhan (Yl 2:12-13). Selanjutnya, pemberkatan abu, pengenaan abu dengan niat untuk bertobat dan semakin percaya pada Injil dan aksi puasa pembangunan yang dilakukan hendaknya menjadi berkat bagi sesama.

Kita juga diingatkan agar apa yang kita lakukan jangan sampai sia-sia. Biarkan masa pertobatan ini menjadi jalan menuju diri yang damai relasi dengan sesama yang penuh kasih dan iman yang semakin teguh akan Tuhan. Yakinlah bahwa apa pun yang diberkati akan selalu menjadi jalan berkat bagi orang yang percaya dan setia. Inilah janji Tuhan bagi kita pada masa tobat ini, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” (2Kor 6:2).

Apa sikap terbaik yang bisa kita lakukan pada masa Prapaskah ini? Tidak lain adalah berbuat yang lebih berbobot. Seperti alam menerima dan memberi tanpa pamrih. Seperti air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Seperti akar menguatkan batang masuk ke dalam tanah. Demikianlah ajaran Injil pada hari ini. Kita mesti berbuat demi kebenaran dan kebaikan, bukan demi penampilah. Biarlah semua kebaikan dan kebenaran yang kita lakukan itu demi dunia. Biarlah semua kemuliaan dan pujian dari perbuatan kita hanya untuk Tuhan. Dan biarkanlah Tuhan yang berbelas kasih kepada kita seturut kehendak-Nya.

Mari kita hidup lebih bermakna dan berbuat lebih berbobot. Perbuatan yang lebih berbobot akan membuat hidup lebih berarti. Semakin banyak melihat dan berbuat, hendaknya juga semakin sedikit berbicara. Semakin sedikit berbicara, pasti semakin banyak mendengarkan. Semakin banyak mendengarkan, semakin dalam pengertian dan semakin berakar sabda itu dalam diri kita.

Semoga Injil yang kita dengarkan membuat kita semakin dapat memahami rencana Allah, semakin berbobot dalam memaknai masa Prapaskah, dan akhirnya mencapai kemuliaan yang disediakan Tuhan bagi kita. Selamat memasuki masa Prapaskah!


Santo Felix III (II), Paus

Felix berasal dari sebuah keluarga berdarah Romawi. Ia menjadi Paus menggantikan Paus Santo Simplisius pada tahun 483. Ia dinamakan Felix III (II) karena kira-kira pada tahun 365 ada seorang Paus tandingan yang menamakan dirinya Felix II. 

Selama masa kePausannya, Felix menghadapi bidaah Monophysitisme yang menolak ajaran iman tentang kedwitunggalan kodrat Yesus Kristus: Ilahi sekaligus manusiawi. Untuk memecahkan masalah itu, Kaisar Zeno mengeluarkan suatu rumusan kesatuan yang bermakna ganda, yang disebut Henotikon. Rumusan ini tidak disetujui baik oleh Sri Paus maupun oleh pengikut aliran bidaah Monophysitisme. 

Demi pemecahan selanjutnya, Sri Paus Felix memanggil Acacius, Patriakh Konstantinopel, penyusun rumusan itu. Acacius menolak datang ke Roma. Maka dia diekskomunikasikan oleh Felix III. Sejak berlakunya ekskomunikasi ini, skisma Acacian mulai tersebar dan terus berkembang hingga kematian Felix III pada tanggal 1 Maret 492. 

Santo David, Pengaku Iman

David mungkin lahir di Cardigan, Wales, Inggris pada tahun 520 dari sebuah keluarga Bangsawan. Ia terkenal sebagai seorang biarawan yang aktif mendirikan biara-biara: kurang lebih 12 biara yang didirikannya. Dari antara biara-biara itu, biara Menevia dibagian baratdaya Wales adalah biara pusat sekaligus menjadi tempat tinggalnya sebagai pemimpin tertinggi. 

Dalam kedudukannya itu, David memainkan peranan besar dalam perkembangan Gereja Keltik. Banyak perintis gereja Irlandia dididik di Menevia; antara lain Santo Finnianus dari Clonard, yang dijuluki sebagai bapa Monastik Irlandia. Ketenaran namanya pada zaman itu dapat dilihat dari begitu banyak gereja kuno-lebih dari 50 buah gereja-di bagian selatan Wales yang memilih dia sebagai pelindungnya. David meninggal dunia pada tahun 601 di Menevia. Ia digelari Kudus pada tahun 1120 pada masa kepemimpinan Sri Paus Kalistus II (1119-1124), dan diangkat sebagai pelindung suci Wales.