Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

04 Maret 2016

Sabtu, 05 Maret 2016 ==> Hari Biasa Pekan III Prapaskah


“Bagilah makananmu dengan orang yang lapar dan lakukan itu dengan gembira dan sukacita” 

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya. Karena Ia mengampuni segala kesalahan-Mu.  
Mzm 103:2-3


Doa 
Allah Bapa sumber belaskasih, dengan gembira kami rayakan masa tobat tahunan ini. Kami mempersiapkan diri untuk mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus. Semoga misteri Paskah itu sungguh berpengaruh di dalam hidup kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.


Bacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)

"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."

Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.”

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan, do=c; 4/4; PS No. 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
atau Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Ul: 22)

  1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
  2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
  3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)

Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
Orang Farisi lebih mengandalkan penghayatan hukum dan membanggakan hal itu. Sedangkan seorang pemungut cukai sadar akan dosanya dan mengharapkan belas kasih Tuhan. Ia pulang sebagai orang yang dibenarkan. Orang yang meninggikan diri akan direndahkan, orang merendahkan diri akan ditinggikan.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)

"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."

Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan
Dalam Hosea 14:3, sang nabi mengajak orang-orang Israel untuk berdoa dan berbalik kembali kepada TUHAN (YHWH). YHWH Allah mendengarkan doa mereka: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon mawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur yang termasyhur seperti anggur Libanon” (Hos 14:5-8).

Sebelumnya, Hosea mengajak umat untuk berdoa: “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN (Hos 6:1). TUHAN menjawab doa mereka dengan “meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi; Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku” (Hos 6:5). Allah mendengarkan doa yang kurang lebih sama dalam cara yang berbeda, sebab doa dalam Hosea 14 juga berbeda, yakni dengan kesungguhan hati penuh tobat dan penyesalan dari penyembahan berhala (Hos 14:9, lihat juga Hos 14:4); sedangkan doa Hosea dalam bab 6 didoakan oleh umat tanpa kesungguhan hati kepada TUHAN (lihat Hos 6:7) “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga dosanya adalah kekejian” (Ams 28:9).

Dalam bacaan Injil hari ini, si orang Farisi menyatakan dirinya berdoa, berpuasa dan memberi sedekah (Luk 18:11-12), sedangkan si pemungut cukai – yang telah menjual dirinya kepada penguasa Romawi demi uang – juga berdoa) (Luk 18:13-14). Hasil akhirnya? Menurut Yesus, si pemungut cukai pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah sedangkan orang Farisi itu tidak (lihat Luk 18:14). Mengapa sampai begitu? Karena orang Farisi itu berdoa dengan hati yang dipenuhi kesombongan, berpusat pada diri sendiri, sedangkan si pemungut cukai itu bertobat dan merendahkan diri ketika berdoa: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (lihat Luk 18:13-14). Yesus mengakhiri perumpamaan-Nya dengan mengatakan begini:“Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk 18:14).

Allah tentu akan mendengarkan dan mengabulkan doa-doa kita. Namun bagaimanakah semangat doa kita itu? Apakah kita akan menerima dari Allah sikap keras dan tegas seperti ditunjukkan-Nya kepada orang yang sombong atau kebaikan seperti ditunjukkan-Nya kepada yang rendah hati? Ingatlah apa yang ditulis dalam surat Petrus yang pertama: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati” (1 Ptr 5:5; bdk. Ams 3:34).


Doa

Allah Bapa sumber kebahagiaan, kami bersyukur atas Sabda-Mu dan anugerah-Mu. Kami mohon, perkenankanlah kami menerima maut ataupun hidup sebagai tugas cinta kasih dengan hati yang jujur, seturut Hamba sekalian orang, yaitu Yesus Kristus. Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. 
Amin.


Santa Louisa de Marillac, Janda 


Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur 3 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama puteri, milik suster- suster. Disinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara. Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu. Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Perancis. Kepada mereka, Tuhan menganugerahi seorang anak laki- laki yang dipermandikan dengan nama Mikheal. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan dalam keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerapkali ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya.

Untuk mengatasi semua itu, ia giat melakukan pekerjaan- pekerjaan amal dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu- waktu senggang. Pekerjaan- pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang- orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas penyelenggaraan Ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales. Pada hari raya pentekosta tahun 1623, ia mengalami suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang akan mengabdikan hidupnya kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh. Dalam suatu penglihatan, ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara.

Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Louisa mulai memasuki corak hidup baru seperti yang dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai Bapa pengakuannya. Oleh Vinsensius ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Prancis. Pada tahun 1633, Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis- gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal tersebut.

Tugas ini perlahan- lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru: Tarekat Puteri- puteri Kasih. Tarekat ini berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Perancis. Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang- orang sakit. Kemudian tarekat ini mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Louisa tetap menjadi pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kepada kepada para miskin dan pengemis. Sebab didalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata. Louisa meninggal pada tanggal 15 Maret 1660. Ia meninggal dengan penuh kasih dalam diri para miskin dan orang sakit. Putri- putri Kasih ini berkarya juga di Indonesia yakni di Surabaya.


Santo Klemens Maria Hofbauer, Pengaku Iman


Kehidupan Klemens dihiasi dengan rentetan kesukaran dan kegagalan. Namun menurut Sri Pius VII (1800- 1823), sahabat karib Klemens, ia adalah seorang rasul yang tangguh, suci dan tiang penyangga Gereja. Ia dikenal sebagai Rasul Gereja Vienna. Ia lahir pada tanggal 26 Desember 1751 di Tasswitz, Moravia,bagian dari wilayah Cekoslovakia. Sejak masa mudanya, ia bercita- cita menjadi imam. Tetapi keluarganya yang hidup dari hasil peternakan sapi tidak mempunyai apa- apa untuk menyekolahkan dia. Oleh karena itu, ia menjadi tukang roti semenjak berumur 15 tahun. Beberapa tahun berikutnya, ia menjalani corak hidup baru sebagai pertapa sambil tetap melakukan pekerjaannya sebagai tukang roti.

Sekitar tahun 1780, Yoseph II sebagai kaisar Romawi membumihanguskan pertapaan- pertapaan yang ada. Karena peristiwa ini, Klemens pergi ke Vienna. Disana ia terus melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang roti. Sementara itu ia mengikuti kuliah di Roma dan Vienna dari tahun 1780- 1784. Kemudian ia masuk biara Redemptoris di Roma dan ditabhiskan menjadi imam tahun berikutnya.
Sebagai imam baru, Klemens dikirim ke Vienna untuk mendirikan sebuah biara redemptoris. Namun usahanya ini gagal karena perlawanan dari pengikut- pengikut kaisar Yoseph II yang ingin menundukkan para imam ke bawah pemerintahan absolut negera. Sebagai gantinya, ia dikirim ke Warswa untuk memimpin kelompok umat Katolik yang berbahasa Jerman. Ia mengirim para misionaris untuk mendirikan biara- biara Redemptoris di Jerman, Swiss, daerah- daerah Baltik, dan berbagai daerah di Polandia.

Kira- kira pada tahun 1808, ia dipaksa oleh hukum antiklerus dari Napoleon I untuk meninggalkan Warsaw. Ia kembali ke Vienna, dan disana diangkat menjadi pastor pembantu untuk biara suster- suster Ursulin dan rektor untuk gereja mereka yang mulai dibuka untuk umum. Ia bersama pembantunya bekerja dengan giat untuk menghidupkan kembali Gereja Vienna dengan mempertobatkan umat- umat dan menolong orang- orang sakit dan miskin. Akhirnya, namanya mulai dikenal banyak orang, termasuk para pembesar negara, dan profesor- profesor Universitas.

Pada tahun- tahun terakhir hidupnya, sebagai bagian dari rencananya untuk mewariskan iman Katolik yang benar di Vienna, Klemens mendirikan sebuah sekolah Katolik untuk para imam dan awam. Kecuali itu, pada Konggres di Vienna, ia dengan gigih berusaha menggagalkan gerakan gereja nasional. Ia juga berusaha mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mendirikan sebuah perkumpulan Redemptoris di Vienna. Usahanya ini membuat dia dikenal sebagai pendiri Ordo Redemptoris kedua. Klemens meninggal dunia di Vienna pada tanggal 15 Maret 1820, dan digelari Rasul Gereja Vienna.