Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

29 Maret 2016

Rabu, 30 Maret 2016 == Hari Rabu Dalam Oktaf Paskah

http://theresia-patria-jaya.blogspot.com/

“Jika engkau mengikuti kehendak Allah, engkau tahu bahwa biarpun ada serba macam hal mengerikan yang terjadi atas dirimu, namun engkau tidak akan kehilangan tempat perlindungan terakhir. Engkau tahu bahwa fondasi dunia ini adalah kasih sehingga biarpun tak ada seorang manusia pun yang dapat atau bersedia membantumu, engkau tetap dapat berjalan maju, seraya mempercayai Ia yang mengasihimu.” 

Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku. Terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan, alleluya.


Doa 


Allah Bapa sumber sukacita kami, setiap tahun Engkau menggembirakan kami dengan perayaan Kebangkitan Kristus. Semoga perayaan yang kami langsungkan ini membimbing kami menuju sukacita abadi. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (3:1-10)


"Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Dalam nama Yesus Kristus, berjalanlah!"

Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata, “Lihatlah kepada kami.” Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku! Tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” Lalu Petrus memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti Petrus dan Yohanes ke dalam Bait Allah; ia berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Ketika seluruh rakyat melihat dia berjalan sambil memuji Allah, mereka mengenali dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah. Maka mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Mazmur Tanggapan
Ref. Biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan.
Ayat. (Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9; Ul: 7a.8a)



  1. Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya; percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
  2. Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
  3. Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya, Dialah Tuhan, Allah kita, ketetapan-Nya berlaku di seluruh bumi.
  4. Selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya, akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan; akan perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.

Bait Pengantar Injil, do = f, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mzm 118:24)

Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (24:13-35)

"Mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti."


Pada hari Sabat sesudah Yesus dimakamkan, dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenali Dia. Yesus berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya, “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Kata-Nya kepada mereka, “Apakah itu?” Jawab mereka, “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret! Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati, dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Dan beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan bahwa Yesus hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Yesus sendiri tidak mereka lihat.” Lalu Ia berkata kepada mereka, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya akan segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Sementara itu mereka mendekati kampung yang mereka tuju. Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanannya. Tetapi mereka mendesak-Nya dengan sangat, “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenali Dia. Tetapi Yesus lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Lalu bangunlah mereka dan langsung kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid. Mereka sedang berkumpul bersama teman-teman mereka. Kata mereka kepada kedua murid itu, “Sungguh, Tuhan telah bangkit, dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan, dan bagaimana mereka mengenali Yesus pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.


Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Awal kisah perjalanan dua murid ke Emaus dimulai dengan atmosfer depresi psikologis, yaitu keputusasaan dan kesedihan mereka yang mendalam karena ditinggal mati Gurunya. Fokus pada kepedihan itu membuat mereka tidak mengenali kehadiran Yesus yang ditampilkan sebagai kawan seperjalanan mereka. Yesus pun menjelaskan Kitab Suci mulai dari Kitab-kitab Musa sampai Kitab Nabi-nabi tentang Mesias yang harus menderita sengsara dan wafat untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya. Klimaksnya, pengenalan terjadi saat mereka makan bersama dan Yesus memecah-mecahkan roti. Setelah dikenal, Yesus menghilang dari pandangan kedua murid dan terjadilah perubahan drastis, yaitu hati mereka penuh sukacita dan berkobar-kobar, lalu pergi menceriterakan kepada sebelas murid lainnya di Yerusalem.

Kisah perjalanan dua murid ke Emaus mirip dengan pertobatan dan pembaptisan sida-sida Etiopia oleh Filipus (Kis 8:26-40). Keduanya ada dalam kerangka perjalanan, yaitu kedua murid pulang dari Yerusalem ke Emaus dan sida-sida dalam perjalanan dari Yerusalem ke Gaza. Sepanjang jalan kedua murid memperbincangkan segala sesuatu yang terjadi di Yerusalem atas diri Yesus dan sida-sida Etiopia membaca Kitab Nabi Yesaya. Keduanya berkisah tentang ketidaktahuan, yaitu Yesus bertanya apa yang sedang mereka percakapkan dan Filipus bertanya apakah tuan itu mengerti Kitab Nabi Yesaya yang sedang dibacanya. Baik kedua murid maupun Filipus meminta perhatian dan kedua kisah menyajikan pengajaran Kitab Suci tentang Kristus dan Yesus. Setelah penjelasan tentang Kitab Suci, kedua murid meminta teman seperjalanannya tinggal bersama mereka dan sida-sida meminta Filipus membaptis dirinya. Klimaksnya adalah pemecahan roti di Emaus dan pembaptisan sida-sida dengan air yang ditemukan di jalan itu. Akhirnya Yesus menghilang dari pandangan kedua murid dan Filipus dilarikan oleh Roh Tuhan. Lalu kedua murid kembali ke Yerusalem dengan hati berkobar-kobar dan sida-sida meneruskan perjalanannya dengan penuh sukacita.

Pengenalan dan pertemuan dengan Yesus yang bangkit dalam pemecahan roti dan baptisan mendatangkan sukacita yang harus diwartakan. Pertemuan dengan Yesus yang bangkit itu juga telah mengembangkan iman para murid.

Ktia kadang membiarkan diri larut dalam kesedihan yang menjadikan kita loyo, putus asa, dan tidak ada semangat hidup. Tidak jarang kita pun meninggalkan Allah dan berpaling pada kuat kuasa lain yang kita harap dapat mengatasi masalah kita secara instan. Mengapa? Yesus telah menunjukkan kuat kuasa-Nya yang bukan saja mengubah kesedihan menjadi kegembiraan, melainkan bahkan mengalahkan kuasa maut untuk hidup kembali. Kita adalah pengikut-pengikut Yesus zaman ini yang seharusnya tetap percaya akan kuat kuasa-Nya dan terus menjadi saksi-saksi-Nya. Apa mau kita sekarang?


Para murid mengenali Tuhan Yesus dalam pemecahan roti, alleluya.

Kontemplasi:

Bayangkan perjalanan dua orang murid ke Emaus. Mereka bertemu Yesus. Bandingkan dengan pengalamanmu sendiri.


Refleksi:

Apakah anda mempunyai waktu untuk mengobrolkan pengalaman hidup anda?


Perutusan:Aku akan mengambil waktu untuk bercakap-cakap tentang pengalamanku

Doa 

Allah Bapa Mahapengasih, dampingilah kami dalam mencari kedamaian; kuatkanlah kami berkat sabda-Mu dan semoga di dalam diri kami cinta kasih tetap jaya melawan segala paksaan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Santo Yohanes Klimakus, Pertapa 

Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai. Ia dikenal sebagai seseorang yang mampu bertahan terhadap aneka macam cobaan. Ia mampu mengekang dirinya terhadap segala macam godaan. Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Melihat kepribadiannya yang menarik, Abbas biara itu meramalkan bahwa Yohanes akan menjadi Terang Besar bagi Gereja.

Beberapa tahun setelah kaulnya, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai itu dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi. Disana ia mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka. Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Banyak orang yang tertarik dengan kepribadiannya yang rajin datang meminta nasehat dan bimbingannya. Ia sendiripun sangat sering mengunjungi para pertapa lain di Mesir. Tentang para pertapa Mesir itu, Yohanes berkata: Kebanyakan mereka sudah tua; rambut mereka sudah putih termakan usia; kulit mereka berkerut keriput; tetapi wajah mereka ceria dan memancarkan kebijaksanaan hidup yang mendalam; keramahan dan kegembiraan mereka membuat saya senang berada diantara mereka; hati mereka tertuju kepada Allah dalam kepolosan dan kemurnian.

Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad - abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya, ia mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa. Ia meninggal pada tahun 649.


Santa Roswita, Pengaku Iman


Roswita hidup antara tahun 935- 1000. orang tuanya yang kaya itu memasukan dia dalam biara Gandersheim di Jerman untuk dididik oleh suster- suster di biara itu. Mereka berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan yang baik. Sesudah dewasa, Roswita memutuskan untuk menjadi suster di biara itu. Suster Roswita pandai menggubah syair dan mengarang buku- buku roman dan buku- buku keagamaan.