Mereka yang berdoa tidak pernah kehilangan harapan, bahkan ketika mereka menemukan diri mereka dalam keadaan yang sulit dan tak berpengharapan secara manusiawi. (Paus Benediktus XVI)
Dalam masa rahmat ini, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan. Demi kerelaan-Mu, dengarkanlah aku dan selamatkanlah aku seturut janji-Mu.
Doa
Allah Bapa Maharahim, Engkau mengganjar jasa orang saleh dan mengampuni orang berdosa yang bertobat. Kasihanilah kami yang berseru kepada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (49:8-15)
"Aku telah membentuk dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia untuk membangunkan bumi kembali."
Beginilah firman Tuhan, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. Aku telah membentuk dan membuat engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung ‘Keluarlah!” dan kepada orang-orang yang ada di dalam gelap ‘Tampillah!” Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka. Mereka tidak menjadi lapar atau haus. Angin panas dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka, dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air. Aku akan membuat segala gunung-Ku menjadi jalan dan segala jalan raya-Ku akan Kuratakan. Lihat, ada orang yang datang dari jauh, ada yang dari utara, dari barat dan ada yang dari tanah Sinim, bersorak-soraklah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak sorai, hai gunung-gunung! Sebab Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas. Sion berkata, “Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhanku telah melupakan aku.” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakan, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 2/4, PS 814
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (Mzm 145:8-9.13c-14.17-18)
- Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
- Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua yang tertunduk.
- Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 11:25)
Akulah kebangkitan dan hidup, sabda Tuhan. Setiap orang yang percaya pada-Ku, akan hidup, sekalipun ia sudah mati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:17-30)
"Seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati, dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya."
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Karena perkataan itu, orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh Yesus, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri, dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sungguh, saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Bapa telah memberikan kuasa kepada Anak untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara Anak, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Penyakit yang sering disampaikan di media bagi bangsa kita adalah lupa. Kita jangan menjadi bangsa yang pelupa, demikian juga kita sebagai orang Katolik jangan menjadi orang yang pelupa. Lupa akan kebaikan kebaikan Allah yang telah kita terima melalui sesama kita. Memang kita kadang cepat mengingat kesalahan orang dan cepat melupakan kebaikan orang. Itulah kesalahan yang perlu kita perbaiki karena sabda Tuhan dari Nabi Yesaya menyentuh kita bahwa Allah tidak akan melupakan umat-Nya. Setiap orang boleh menerapkan kebenaran ini bahwa Allah telah melukiskan nama kita di telapak tangan-Nya.
Setiap orang dicintai, dikenang dan dicatat dalam tangan dan hati Tuhan, itulah peneguhan sabda Tuhan hari ini. Dengan sangat tegas sabda Tuhan dalam Injil menegaskan: Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, dan Yesus juga mengatakan: Akupun bekerja juga. Yesus bekerja untuk hidup kita dan semua berjalan dengan baik sesuai kehendak Bapa-Nya. Kebaikan Allah telah kita terima setiap hari. Apakah kita sudah lupa? Kebaikan harus melekat dalam hati, sementara kejahatan dan keburukan dalam diri orang dan diri sendiri harus terbang ke angkasa untuk dilupakan.
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
(Yoh 3:17)
Doa Malam
Allah Bapa Maha Penyayang, semoga hati kami selalu terbuka untuk menerima Sabda Putra-Mu terkasih, Sabda kebenaran, pengampunan dan kedamaian. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
Gregorius lahir di Kaesarea sekitar tahun 330. Keluarganya sungguh keluarga yang terberkati. Ibunya seorang martir. Dua orang kakaknya adalah Basilius Agung dan Petrus Sebaste, digelari Kudus oleh Gereja. Demikian juga Makrina, saudarinya yang tertua. Gregorius dikenal aktif di dalam masalah-masalah gereja dan berpengaruh besar di dalam beberapa Konsili dan sinode.
Ia dididik oleh kakaknya Basilius Agung. Kemudian ia menikah dengan Theosebia dan dianugerahi beberapa anak. Sebagai aktifis Gereja, ia diberi tugas sebagai lektor. Tetapi tugas suci ini ditinggalkannya karena mulai tertarik pada pekerjaan sebagai pengajar ilmu retorika. Pekerjaan inipun ditinggalkannya lagi karena dianggap tidak berkaitan sedikitpun dengan hal-hal keagamaan. Karena ketidak suapan-nya itu dan lebih-lebih karena pengaruh kakaknya, ia kembali aktif di dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan-urusan keagamaan. Dalam menjalankan tugas itu, hatinya tergerak untuk mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Ia lalu memutuskan untuk menjadi Imam. Pada masa itu, kehidupan selibat imam-imam belum menjadi suatu kewajiban dalam hukum gereja sehingga perkawinannya dengan Theosebia tidaklah menjadi halangan baginya untuk menerima tabhisan imamat.
Atas pengaruh dan bujukan kakaknya Basilius, ia kemudian di tabhiskan menjadi Uskup di Nyssa, wilayah propinsi Kapadokia, Asia kecil pada tahun 372. Dengan keahliannya dan imannya yang kokoh, ia menjadi seorang pembela ulung ajaran para Rasul terhadap rongrongan para penganut Arianisme. Karena itu atas desakan para pengikut Arianisme, Demothenes, gubernur propinsi Pontus, mengusir dia dari keuskupannya. Ia baru kembali memimpin keuskupannya setelah Demothenes meninggal dunia pada tahun 378.
Pada konsili di Antiokia pada tahun 379 yang diadakan untuk mengutuk kaum Arian dan kesalahan-kesalahan kaum Meletian, Gregorius tampil sangat menonjol dengan pandangan-pandangannya yang benar. Ia kemudian diutus oleh semua Uskup Timur untuk melawan kaum Arian yang menyebarkan ajaran-ajarannya yang salah di gereja-gereja Palestina dan Arab. Ketika berada di Palestina, ia terkejut dengan sikap-sikap tidak terpuji para penziarah yang mengunjungi tempat-tempat suci dimana Yesus lahir, hidup dan wafat. Ketidakpuasan dan kemarahannya dituangkan dalam tulisan-tulisannya. Di dalamnya ia mengingatkan semua orang Kristen untuk menaruh hormat pada tempat-tempat suci itu. Ia dengan tegas mengatakan bahwa kegiatan ziarah bukanlah jaminan untuk mendapatkan hidup suci dan tidak dengan sendirinya mendatangkan keselamatan bagi seorang penziarah.
Gregorius dikenal sebagai Bapa Gereja yang banyak menulis. Tulisan-tulisannya berisi pandangan-pandangan iman yang benar yang diperkuat pandangan filosofis yang berkembang pada masa itu. Tulisan-tulisannya yang berhubungan dengan Kitab Suci menggunakan metode allegoris yang dikembangkan oleh Origenes. Tulisannya tentang Trinitas dilukiskan dengan memanfaatkan teori ide-ide dari Plato. Khotbah-khotbah nya sangat disenangi banyak orang karena berisi pandangan-pandangan iman yang sesuai dengan ajaran para rasul. Pada konsili di Konstantinopel pada tahun 381, Gregorius ikut aktif memberi pandangan-pandangannya tentang ajaran iman yang benar. Ia dianggap sebagai tiang agung pengajaran iman yang benar. Ia meninggal pada tahun 394.
Santa Fransiska Romana, Janda
Fransiska lahir di Roma pada tahun 1384. Orangtuanya Paulus dan Yakobella Buso, mendidiknya dengan sangat baik dalam iman Kristiani dan perhatian kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. Dengan begitu, Fransiska bertumbuh dewasa menjadi orang yang beriman dan penyayang orang-orang kecil. Cita-citanya adalah menjadi seorang biarawati. Tetapi karena suatu pertimbangan khusus, kedua orangtuanya menikahkan dia dengan seorang pemuda bangsawan bernama Lorenzo de Ponziani. Dari perkawinan ini, Fransiska dianugerahi beberapa orang anak. Hidup perkawinan mereka yang berlangsung selama 40 tahun lamanya diwarnai dengan saling pengertian dan cinta kasih yang mendalam. Prinsip hidup yang dipegangnya dengan teguh dalam menjalankan tugas sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga ialah: "Seorang istri dan ibu rumah tangga haruslah meninggalkan Allah di gereja dan mencari-Nya di dalam urusan-urusan rumah tangga dan dalam pengalaman hidup sehari-hari."
Hubungannya yang erat dengan Tuhan melalui doa-doanya menumbuhkan dalam dirinya suatu kepekaan dan keprihatinan besar pada kondisi hidup orang-orang miskin dan sakit. Karena itu, sambil menjalankan tugas sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, ia bersama adik iparnya Vannoza senantiasa menyempatkan diri membantu dan mengunjungi orang-orang yang malang itu. Banyak hartanya diberikan kepada orang-orang itu. Selama masa kelaparan dan wabah penyakit pes merajalela di Roma pada tahun 1413, ia menyumbangkan harta kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia merombak sebagian rumahnya menjadi suatu rumah sakit untuk menampung orang-orang sakit yang terserang wabah pes. Untuk meringakan bebannya ia juga banyak meminta bantuan pada tetangga-tetangganya. Tetapi permintaan bantuan itu selalu ditanggapi dengan cara-cara yang menyakitkan hati.
Ketika terjadi perang di kota Roma, Lorenzo suaminya ditangkap dan diasingkan, tanah dan hartanya dijarah, dan anaknya yang sulung dibawa sebagai sandera. Peristiwa ini sungguh merupakan suatu pengalaman pahit bagi Fransiska. Ia menanggapi semuanya ini dengan tabah dan pasrah pada Tuhan, sambil tetap tinggal dirumahnya yang telah porak poranda itu. Sewaktu keadaan ini telah pulih kembali dan Lorenzo dan anaknya kembali ke rumah, Fransiska bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah komunitas religius, semacam ˜kongregasi" untuk meningkatkan karya-karya amalnya. Komunitas religius ini berafiliasi pada Ordo Benediktin dan dibaktikan pada hidup doa dan karya-karya amal. Tentang kehidupan doa, Fransiska di kenal sebagai seorang pendoa, seorang mistika pada abad ke-15, dan model bagi ibu-ibu rumah tangga di Roma. Ia biasanya berdoa hingga jauh malam dan mengalami banyak penglihatan ajaib serta mendapat banyak rahmat istimewa.
Setelah Lorenzo meninggal dunia dan anak-anaknya meningkat dewasa. Fransiska masuk biara yang telah didirikannya. Ia diangkat menjadi pemimpin biara hingga hari kematiannya pada tanggal 9 Maret 1440. Dengan memperhatikan seluruh cara hidupnya dan berbagai penglihatan yang dialaminya, gereja menyatakannya sebagai Kudus pada tahun 1608.
Empat puluh Martir dari Sebaste
Diantara serdadu-serdadu Romawi ada sejumlah besar serdadu yang beragama Kristen. Mereka inilah yang menjadi perintis Injil Kristus dan saksi-saksi iman Kristiani di negeri-negeri yang jauh dari Roma.
Yang termasyur diantara mereka yang beragama Kristen itu adalah ˜Keempatpuluh serdadu dari Sebaste", negeri Armenia. Mereka adalah anggota Legiun XII, yang disebut Legio Fulminata, Pasukan Gerak Cepat. Pasukan ini ditempatkan jauh dari kota Sebaste di perbatasan kekaisaran Romawi. Tugas mereka sungguh berat karena harus menghadang gempuran dari suku-suku Timur yang terkenal ganas dan berani. Demi mencapai keberhasilan, komandan pasukan mewajibkan setiap serdadu mengambil bagian dalam upacara kurban kepada para dewa untuk memohon bantuan dan perlindungan. Kewajiban ini ditolak tegas oleh keempatpuluh serdadu yang beragama Kristen tersebut. Penolakan itu ditindak tegas oleh komandan pasukan. Sambil menantikan putusan hukuman mati dari wakil kaisar, mereka dipenjarakan dan dijaga dengan ketat.
Ketika itu musim dingin, keempatpuluh serdadu Kristen itu digiring ke sebuah danau yang sangat dingin airnya dan sudah membeku. Disana mereka ditelanjangi dan disuruh berbaring diatas air danau yang sudah membeku itu. Dalam penderitaan yang hebat itu, keempat puluh serdadu itu meminta bantuan Tuhan agar tetap teguh dalam imannya: "Ya Tuhan, kami percaya kepada-Mu. Kami disiksa karena iman kepada-Mu. Kiranya kami semua dapat dipermahkotai dalam kerajaan-Mu."
Seorang diantara mereka mutrad dari imannya karena tidak tahan terhadap penderitaan. Meskipun demikian ia pun tidak terhindar dari bahaya kematian. Ia juga dibunuh di atas tungku api sebagai kurban bakaran. Sementara itu, seorang serdadu yang bukan Kristen mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat di langit tersedia 40 buah mahkota bagi keempatpuluh serdadu itu. Tigapuluh sembilan mahkota sudah dipakai oleh tigapuluh sembilan serdadu yang setiawan itu; sedangkan satu mahkota belum di pakai. Dalam terang Ilahi, mengertilah serdadu itu bahwa mahkota yang tidak dipakai itu disediakan baginya. Yakin akan penglihatan itu, ia segera membuka pakaiannya dan menggabungkan diri kembali dirinya dengan ke tigapuluh sembilan martir rekannya. Dengan demikian, genaplah kembali jumlah serdadu itu menjadi 40 orang. Mereka dengan gagah berani menanggung penderitaan karena kedinginan. Keesokan harinya, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup, semuanya diseret ke dalam api unggun hingga mati terbakar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 320.