Bacaan I: Ibr. 10:11-18
Mazmur: 110:1.2.3.4.; R:4bc
Bacaan Injil: Mrk. 4:1-20
Pada suatu kali Yesus mulai mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka, ”Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya, ”Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Tampaknya ada beberapa macam cara bertani. Ada petani yang menyiapkan lahannya terlebih dahulu, yaitu dengan menebas tetumbuhan yang ada, membajak dan meratakan tanah kemudian menaburkan benihnya. Cara yang lain, benih ditabur begitu saja di lahan yang belum siap. Kalau benih tumbuh dan berkembang baru dipelihara dan dipupuk.
Dalam mengajar, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan petani yang menabur benih di lahan yang belum digarap. Benih yang ditaburkan pasti berkualitas tinggi karena berasal dari Allah. Tanah yang menerima benih berbeda-beda kualitasnya. Yang harus diolah adalah tanahnya! Benih itu sabda Allah dan tanah itu kepribadian manusia.
Tampak sekali bahwa semua manusia dicintai Allah dan ditaburi ”semina verbi” – benih-benih sabda. Tugas setiap orang ialah menyadari kehadiran sabda Allah dalam dirinya itu, mengenali diri sendiri dan mengolahnya agar sabda itu tetap hidup, tumbuh, dan menghasilkan buah. Orang yang cocok untuk pertumbuhan sabda Allah adalah mereka yang tidak terseret oleh perdukunan atau kuasa setan; mereka yang tekun, disiplin dan memiliki daya tahan yang kuat (Fighting spirit); mereka yang tidak terbelenggu oleh kekhawatiran dan tidak tergoda oleh tawaran dunia: kekayaan, pangkat, dan gengsi. Hanya mereka yang berani mengambil jarak terhadap hal-hal duniawi akan menjadi ‘tanah subur’ untuk firman Allah dan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah.
Ya Tuhan, aku mengucap syukur atas kebaikani-Mu kepada semua orang. Curahilah aku kerendahan hati dan kepekaan akan sabda-Mu dan tekun melaksanakannya! Amin.
Mazmur: 110:1.2.3.4.; R:4bc
Bacaan Injil: Mrk. 4:1-20
Bacaan Injil: Mrk. 4:1-20
Pada suatu kali Yesus mulai mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka, ”Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya, ”Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Tampaknya ada beberapa macam cara bertani. Ada petani yang menyiapkan lahannya terlebih dahulu, yaitu dengan menebas tetumbuhan yang ada, membajak dan meratakan tanah kemudian menaburkan benihnya. Cara yang lain, benih ditabur begitu saja di lahan yang belum siap. Kalau benih tumbuh dan berkembang baru dipelihara dan dipupuk.
Dalam mengajar, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan petani yang menabur benih di lahan yang belum digarap. Benih yang ditaburkan pasti berkualitas tinggi karena berasal dari Allah. Tanah yang menerima benih berbeda-beda kualitasnya. Yang harus diolah adalah tanahnya! Benih itu sabda Allah dan tanah itu kepribadian manusia.
Tampak sekali bahwa semua manusia dicintai Allah dan ditaburi ”semina verbi” – benih-benih sabda. Tugas setiap orang ialah menyadari kehadiran sabda Allah dalam dirinya itu, mengenali diri sendiri dan mengolahnya agar sabda itu tetap hidup, tumbuh, dan menghasilkan buah. Orang yang cocok untuk pertumbuhan sabda Allah adalah mereka yang tidak terseret oleh perdukunan atau kuasa setan; mereka yang tekun, disiplin dan memiliki daya tahan yang kuat (Fighting spirit); mereka yang tidak terbelenggu oleh kekhawatiran dan tidak tergoda oleh tawaran dunia: kekayaan, pangkat, dan gengsi. Hanya mereka yang berani mengambil jarak terhadap hal-hal duniawi akan menjadi ‘tanah subur’ untuk firman Allah dan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah.
Ya Tuhan, aku mengucap syukur atas kebaikani-Mu kepada semua orang. Curahilah aku kerendahan hati dan kepekaan akan sabda-Mu dan tekun melaksanakannya! Amin.