Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

21 Januari 2015

Renungan Ziarah Batin == Rabu, 21 Januari 2015

Pekan Biasa II (H)
Pw Sta. Agnes; PrwMrt
St. Augurius dan Eulogius
Bacaan I: Ibr. 7: 1-3.15-17
Mazmur: 110:1.2.3.4; R:4bc
Bacaan Injil: Mrk. 3:1-6
Pada suatu hari Sabat, Yesus masuk ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu, ”Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka, ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu, ”Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
 
Renungan
Ada istilah ‘ada harga, ada rupa’. Semakin baik kualitas barang semakin mahal harganya. Sesuatu dikatakan berkualitas bila asli sesuai dengan karakternya. Demikian juga seseorang dikatakan berkualitas kalau setia pada karakternya, asli dan tulus hatinya tidak bertopeng atau berpura-pura.
Melkisedek adalah seorang tokoh yang terkenal. Dia adalah raja dan Imam bahkan dikatakan raja kebenaran, dan damai sejahtera. Dia menjadi Imam bukan karena diangkat menurut hukum atau aturan tetapi dari karakternya. Dia menjadi tersohor karena hidup dalam keaslian diri. Dikatakan ”Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi Imam sampai selama-lamanya!” (Ibr. 7:3).
Tampil asli, itulah kualitas seseorang. Seorang pertapa bernama Simeon berkata: ”Ketika seorang pertapa melakukan askese dengan serius dan sekuat tenaganya, orang itu hidup tanpa topeng, mampu mengambil jarak terhadap segala sesuatu, berani menyangkal kemauannya sendiri, berdoa senantiasa, menyesali dosa-dosanya, hidup miskin, rendah hati! Orang itu menyejukkan dan ia ’tidak malu menjadi Allah seperti Allah tidak malu menjadi manusia!’” Kita akan berkualitas kalau kita menghidupi karakter asli kita, yaitu karakter Anak Allah. Kita tidak malu menjadi Allah seperti Allah tidak malu menjadi manusia!.
Tuhan Yesus, berkat kasih dan pengorbanan-Mu, aku telah Kauangkat menjadi Anak Allah. Terima kasih Tuhan! Semoga aku hidup menurut karakter itu”. Amin.