Pekan Biasa III (H)
St. Joshep Freinademetz;
B. Arkanjela Girlani,
B. Arkanjela Girlani,
Bacaan I: Ibr. 10:19-25
Mazmur: 24:1-2.3-4ab.5-6; R: 6
Bacaan Injil: Mrk. 4:21-25
Mazmur: 24:1-2.3-4ab.5-6; R: 6
Bacaan Injil: Mrk. 4:21-25
Pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi, ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Ada pepatah Jawa: ”Becik ketitik, olo ketoro”—artinya,” Kebaikan itu tidak akan hilang dan kejahatan itu tidak bisa ditutupi.” Pepatah ini berbicara tentang otentisitas atau kesejatian. Kesejatian itu seperti emas yang mahal harganya dan kemurniannya harus diuji. Untuk bisa lolos dari ujian perlu ada komitmen.
Pada suatu hari ada seorang ibu mau ke gereja dengan naik taxi. Misa segera dimulai maka ketika turun dari taxi, dia sangat tergesa-gesa. Alangkah terkejutnya ketika mau ambil uang untuk kolekte, dompetnya tidak ada! Dia yakin tertinggal di taxi tadi. Ia berkeringat dingin dan gemetar. ”Pasti hilang!” pikirnya. Setelah Misa selesai, dia keluar gereja dengan pucat dan bingung. Di tengah kegalauan itu ada seorang bapak yang mendekatinya dan mengulurkan sebuah dompet. Ibu itu langsung menyahut dompet miliknya itu. Dia buka, masih utuh isinya. Saking senangnya dia ambil lembaran merah dan diulurkan kepada si tukang taxi tadi, tapi tidak diterimanya dan sopir taxi itu berkata: ”Terima kasih ibu, saya sudah dimuliakan oleh suara hatiku untuk tetap jujur, jangan sampai saya dicemarkan oleh uang seratus ribu!” Ternyata, si sopir taxi itu umat Katolik yang sama-sama ikut Misa di gereja itu.
Tuhan Yesus bersabda: ” ...pelita harus ditaruh di atas kaki dian!” Orang Katolik adalah terang dan garam dunia. Otentisitas atau jati diri kita adalah terang. Terang itu harus ditampakkan. Supir taxi tadi menunjukkan jati dirinya sebagai orang Katolik. Walau ada kesempatan untuk mengambil dompet tadi, dia tetap mengikuti suara hatinya dan menghormati milik orang lain. Hidup dalam jati diri berarti hidup dalam dorongan Roh. Ini tidak mudah, membutuhkan komitmen, tetapi buahnya melegakan dan menenteramkan hati.
Tuhan Yesus, puji syukur kepada-Mu karena telah Kaucurahkan Roh Kudus kepadaku. Kuatkanlah aku dengan rahmat-Mu agar aku tetap hidup dalam otentisitas diri! Amin.
________________________________________________________
Bacaan : Rut 4:1-17
Setahun : Keluaran 35-37
Nats : Lalu Boas mengambil Rut dan
perempuan itu menjadi
isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia
isterinya dan dihampirinyalah dia. Maka atas karunia
TUHAN perempuan itu
mengandung, lalu melahirkan
seorang anak laki-laki. (Rut 4:13)
MELIHAT
KULIT LUAR
Ketika
ia berusia 7 tahun, keluarganya diusir dari rumah karena masalah hukum. Pada
usia 9 tahun, ibunya meninggal. Ia kehilangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan
pada usia 22 tahun. Empat tahun kemudian, ia terjerat utang besar karena bermitra
dengan orang yang salah. Pada umur 41 tahun, pernikahannya berantakan, bahkan
anak laki-lakinya yang masih kecil meninggal. Ketika usianya memasuki hampir
setengah abad, ia mencalonkan diri sebagai anggota senat untuk kesekian
kalinya, dan lagi-lagi gagal. Tetapi, pada akhirnya, Amerika Serikat
mengangkatnya menjadi Presiden. Ia tidak lain adalah Abraham Lincoln.
Kebanyakan
orang hanya melihat lapisan luar. Mereka kagum atau bahkan iri akan kesuksesan
seseorang. Dan jarang melacak proses menuju puncak itu. Air mata. Perlakuan
tidak adil. Kesepian. Rasa sakit. Hal itu tidak diperhitungkan. Apakah kita
menganggap Rut sebagai perempuan paling beruntung sedunia karena dinikahi Boas,
seorang pengusaha kaya raya? Mungkin kita berpikir, "Alangkah bahagianya dia,
seorang janda namun dipinang oleh perjaka. Rut pasti senang bukan main,
hidupnya yang kekurangan berubah jadi berkelimpahan." Kita lupa dengan
kesetiaannya mengikut Naomi. Kita tidak memperhatikan keuletannya dalam
bertahan hidup. Kita tidak menghitung berapa banyak air mata yang berlelehan.
Hari
ini kalau kita melihat keberhasilan seseorang, jangan buru-buru cemburu.
Lihatlah lebih dalam. Perhatikan dengan saksama. Belajarlah dari proses yang
dialaminya.
JIKA
RUMPUT DI HALAMAN TETANGGA KITA TERLIHAT LEBIH HIJAU,
PASTILAH BIAYA PERAWATANNYA LEBIH BESAR.
PASTILAH BIAYA PERAWATANNYA LEBIH BESAR.