Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 Juni 2017

Minggu, 04 Juni 2017 == Hari Raya Pentakosta

 YOHANES 20:19-23


Bacaan dari Kisah Para Rasul (2:1-11)


Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang yang percaya akan Yesus berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk. Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diilhamkan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. Waktu itu di Yerusalem berkumpul orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena masing-masing mendengar rasul-rasul itu berbicara dalam bahasa mereka. Mereka semua

tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah semua yang berbicara itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita? Kita orang Partia, Media, Elam, kita penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab; kita semua mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 828
Ref. Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 104:1.24.29-30.31.34; Ul. 30)

  1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sangat besar! Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.
  2. Biarlah kemuliaan Tuhan tetap untuk selama-lamanya, biarlah Tuhan bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya! Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena Tuhan.
  3. Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:3b-7.12-13)

Saudara-saudara, tidak seorang pun dapat mengaku, “Yesus adalah Tuhan”’ selain oleh Roh Kudus. Ada rupa-rupa karunia, tetapi hanya ada satu Roh. Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya ada satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu; Dialah yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama. Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab kita semua, baik Yahudi maupun Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh, dan kita semua diberi minum dari satu Roh.


Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.


Bait Pengantar Injil, do = bes, gregorian, PS 964
Ref. Alleluya
Ayat.
Datanglah, hai Roh Kudus, penuhilah hati kaum beriman dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati mereka.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:19-23)

Setelah Yesus disalibkan, pada malam pertama sesudah hari Sabat, berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus, berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Yesus menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pada mulanya manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik, bahkan sungguh amat baik. Namun, ciptaan yang sungguh amat baik itu berubah menjadi tidak baik, cacat karena ketidaktaatan akan perjanjian. Dengan kata lain, manusia jatuh ke dalam dosa. Ia memisahkan diri dari Allah untuk bersatu dengan ular.

Sungguh mengagumkan bahwa Allah yang kita sembah dan imani tidak pernah berhenti mengasihi ciptaan-Nya. Kasih-Nya jauh lebih besar daripada dosa manusia sebagaimana difirmankan, "Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  Belas kasih Allah tergambar dengan sangat indah dalam pujian Paskah. "Betapa ajaib-lah belas kasih-Mu terhadap kami. Sungguh tak ternilai cinta kasih-Mu sampai mengorbankan Putra-Mu untuk menyelamatkan kami.

Karya penebusan tidak pernah berhenti. Kebenaran ini tampak dalam misteri Pentakosta, peristiwa kelahiran Gereja. Roh Kudus mengubah para rasul yang ketakutan menjadi pemberani. Mereka sebelumnya berada dalam rumah yang terkunci. Setelah mendapatkan daya ilahi, mereka tampil di muka umum untuk mewartakan Sabda Allah. Suara mereka memenuhi kota bahkan dunia. Banyak bangsa menjadi kagum dan percaya akan karya agung Tuhan.

Apakah karya agung Tuhan yang mereka wartakan? Tiga hal mendasar yang mereka wartakan adalah persatuan, damai, dan pertobatan, sebagaimana dipesankan oleh Yesus, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."  Pertobatan sejati akan melahirkan damai. Damai adalah buah pertobatan. Damai memungkinkan persatuan. Semuanya itu terjadi hanya dalam kuasa Roh Kudus.

Gereja lahir dari Roh Kudus. Gereja hidup dan berkarya berdasarkan Roh Kudus. Roh Kudus mengantar setiap orang yang percaya kepada pertobatan yang membuahkan damai. Semoga kita yang telah menerima karunia Roh Kudus melalui Sakramen Baptis, penguatan dan Ekaristi dimampukan untuk hidup dalam pertobatan, damai dan persatuan.



Hari ini, dalam liturgi Gereja, kita mengakhiri masa Paskah. Kita merayakan Hari Raya Pentakosta, turunnya Roh Kudus ke atas para rasul. Peristiwa ini diceritakan dengan jelas dalam Kisah Para Rasul. Roh Kudus memberikan daya istimewa kepada para rasul untuk berani bersaksi. Sudah empat puluh hari lamanya Yesus menampakkan diri, lalu Dia naik ke surga. Sepuluh hari sesudah itu, Ia mencurahkan Roh Kudus agar mereka kuat imannya dan berani bersaksi, berkhotbah, menyentuh hati banyak orang dan mentobatkan mereka menjadi pengikut Yesus. Pada hari itu, kira-kira 3000 orang dibaptis.
Roh Kudus yang sama telah kita terima pada waktu Baptis dan Krisma. Roh yang sama membimbing hidup kita. Namun, daya ilahi sering tertidur dalam diri kita, tidak selalu kita sadari kehadiran dan kekuatan-Nya, sehingga kita tidak menggunakan karunia-karunia-Nya dan tidak bersemangat menjadi saksi-Nya. Kesadaran akan Roh Kudus ini dibangkitkan kembali dalam gerakan
Pembaruan Karismatik Katolik dan dalam doa Pencurahan Roh. Semoga perayaan hari ini menyadarkan kita akan pribadi ketiga Allah Tritunggal ini dan akan peran kita di dalam karya keselamatan Allah. Berbagai karunia Roh Kudus yang telah kita terima bukan untuk kita simpan sendiri, tetapi untuk perutusan kita: mendorong kita ikut serta dalam karya pewartaan Injil dan membangun Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.


Santo Kuirinus, Martir

Kuirinus adalah Uskup Siscia (kini: Sisak, Yugoslavia). Ia ditangkap dan dianiaya kerena menolak membawakan kurban kepada dewa-dewa kafir. Meskipun ia dibujuk dengan berbagai janji muluk, ia tidak sudi mengorbankan imannya. Kemudian, sebuah batu besar diikatkan pada tubuhnya dan ia ditenggelamkan di sungai Sabaria (kini: Szombathely, Hungaria). Peristiwa ini terjadi pada masa penganiayaan umat Kristen di bawah pemerintahan kaisar Diokletianus. 
Pada abad kelima, relikiunya dipindahkan ke Roma dan dimakamkan di katakombe Santo Sebastianus. Pada tahun 1140, relikiunya itu dipindahkan lagi ke Gereja santa Maria di Trastevere, Roma. 

Santo Fransiskus Caracciolo, Abbas 

Fransiskus Caracciolo lahir di Villa Santa Maria, Italia Tengah, pada tanggal 13 Oktober 1563. Ia dibaptis dengan nama Ascanius. Nama Fransiskus dipilihnya ketika ia ditabhiskan menjadi imam. Ia meninggal di Agnose, Italia pada tanggal 4 Juni 1608. Kehidupan masa mudanya sebagai seorang putera bangsawan sungguh jauh berbeda dengan kehidupannya di kemudian hari sebagai seorang imam. Ketika berumur 20 tahun, ia jatuh sakit. Tetapi penyakit ini justru merupakan awal kehidupannya yang baru di dalam Allah. Dalam penderitaannya, ia terus berdoa memohon kesembuhan dari Tuhan. Ia berjanji akan membaktikan dirinya kepada Tuhan setelah sembuh nanti. Tuhan mendengarkan permohonannya dengan menyembuhkan dia secara ajaib.

Untuk mewujudkan janjinya, ia pergi ke Napoli, Italia untuk menjalani pendidikan imamat. Tangan Tuhan terus membimbingnya hingga ia ditabhiskan menjadi imam pada tahun 1557. Ia memilih nama Fransiskus sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus Asisi. Kemudian ia menjadi anggota tarekat imam-imam “Bianchi Della Guistizia” (Tarekat Imam-imam Jubah Putih Keadilan). Imam-imam dari tarekat ini biasanya mengunjungi dan meneguhkan hati dari para tahanan di penjara agar tabah menghadapi ajalnya. 

Pada tahun 1588, Fransiskus bertemu dengan Yohanes Agustinus Adorno, seorang imam Genoese. Bersama Adorno, ia mendirikan ordo baru, yang menggabungkan kehidupan aktif dan komtemplatif. Kongregasi ini dikenal dengan nama “Kongregasi Pelayan Dina Reguler”. Dalam waktu singkat, kongregasi baru ini berhasil mendapatkan banyak anggota. Sebagian besar anggotanya melaksanakan kegiatan komtemplatif seperti berdoa dan bermeditasi. Untuk memperluas jangkauan kerjanya, Fransiskus mendirikan lagi beberapa rumah di Roma dan Spanyol. Salah satu kaul yang mereka ikrarkan ialah tidak berambisi untuk mendapatkan jabatan, baik di dalam ordo maupun di dalam Gereja. Fransiskus sendiri menaati kaul ini dengan konsekuen. Ketika Sri Paus menawarkan jabatan uskup kepadanya, dengan tegas ia menolaknya. Tetapi kemudian ketika Adorno, sebagai pemimpin ordo meninggal dunia, ia terpaksa menerima jabatan itu karena di desak oleh anggota-anggotanya.

Fransiskus di kenal luas karena kesederhanaannya dan perhatiannya yang besar kepada orang-orang miskin. Ia sering memberi makan mereka makanannya sendiri, bahkan sering mengemis untuk kepentingan orang-orang malang itu. Tuhan menganugerahkan kepadanya kemampuan menyembuhkan orang-orang sakit. Ia digelari ‘kudus’ pada tanggal 24 Mei 1807 oleh Sri Paus Pius VII (1939-1958) dan dihormati sebagai pelindung Napoli.