Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

02 Juni 2017

Jumat, 02 Juni 2017 == Hari Biasa Pekan VII Paskah (Jumat Pertama; Novena Roh Kudus hari kedelapan)

 YOHANES 21:15-19


DOA NOVENA ROH KUDUS LIHAT DI PUJI SYUKUR MULAI NOMOR. 90

Bacaan dari Kisah Para Rasul (25:13-21)

Waktu Paulus ditahan dalam penjara di kota Kaisarea, datanglah Raja Agripa dengan Bernike ke Kaisarea untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Festus. Karena mereka beberapa hari lamanya tinggal di situ, Festus memaparkan perkara Paulus kepada raja itu, katanya: "Di sini ada seorang tahanan yang ditinggalkan Feliks pada waktu ia pergi. Ketika aku berada di Yerusalem, imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi mengajukan dakwaan terhadap orang itu dan meminta supaya ia dihukum. Aku menjawab mereka, bahwa bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah sebelum ia dihadapkan dengan orang-orang yang menuduhnya dan diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu. Karena itu mereka turut bersama-sama dengan aku ke mari. Pada keesokan harinya aku segera mengadakan sidang pengadilan dan menyuruh menghadapkan orang itu.  Tetapi ketika para pendakwa berdiri di sekelilingnya, mereka tidak mengajukan suatu tuduhanpun tentang perbuatan jahat seperti yang telah aku duga. Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia

tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup. Karena aku ragu-ragu bagaimana aku harus memeriksa perkara-perkara seperti itu, aku menanyakan apakah ia mau pergi ke Yerusalem, supaya perkaranya dihakimi di situ. Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai aku dapat mengirim dia kepada Kaisar."

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 835
Ref. Puji, jiwaku, nama Tuhan, jangan lupa pengasih Yahwe.
Ayat. (Mzm 103:1-2.11-12.19-20ab)

  1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan kebaikan-Nya.
  2. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan, atas orang-orang yang takut akan Dia. Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat.
Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu; Ia akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (21:15-19)

Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Sesudah mereka sarapan, Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."  Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."  Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan! 


Renungan

Yesus menanyai Petrus sampai tiga kali: ”Apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus bukannya marah, tetapi sedih sebab ia teringat sudah tiga kali pula ia menyangkal Yesus. Yesus mengulangi pertanyaannya bukan karena Yesus tidak tahu jawaban Petrus, tetapi Ia mau Petrus sungguh-sungguh mencerna pertanyaan itu dan menjawabnya dengan sadar. Pertanyaan Yesus tidak sekadar apakah Petrus mencintai-Nya sebagai saudara (philia), tetapi mencintai-Nya lebih dalam, yaitu dengan cinta pengorbanan (agape).

Tanda cinta Petrus itu memang pernah tampak. Ia pernah menghunus pedang melawan Malkhus yang mencoba menangkap Yesus. Ia pernah juga berkata rela mati untuk Yesus. Benarkah demikian? Yesus menantikan buktinya. Petrus akhirnya menjawab: ”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Benar, Petrus mengasihi Yesus sampai mati. Ia wafat dengan cara disalibkan, tapi tidak sama dengan Gurunya. Ia mau mati disalibkan dengan kepala ke bawah.


Karena cintanya akan Yesus pula Paulus berani mewartakan Injil. Walaupun ditahan dalam penjara di Yerusalem, Kaisarea, dan Roma, dia tetap percaya pada Kristus. Ia menjadi rasul yang tangguh, walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik dengan Yesus semasa hidup-Nya. Kita pun dipanggil menjadi rasul-rasul Yesus masa kini, untuk saling menggembalakan satu sama lain—bukan saling menjatuhkan atau cari selamat sendiri—sebagai satu kawanan di bawah tuntunan sang Gembala Agung, Yesus Kristus.

Mengapa Yesus menanyai Petrus di hadapan para murid lainnya sampai tiga kali tentang komitmen cintanya? Pastilah pertanyaan itu menyebabkan kesedihan dan kepedihan di hati Petrus. ”Sedihlah hati Petrus” setelah pertanyaan yang sama diajukan untuk ketiga kalinya. Namun, pastilah Yesus mempunyai maksud tertentu. Yesus menanyakan komitmen cintanya—yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Yesus tahu akan kelemahan-kelemahan Petrus, sebagaimana juga Petrus sadar akan kelemahan-kelemahannya. Ia pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali. Ia emosional membela Yesus dengan menghunuskan pedang. Namun, Petrus juga menunjukkan penyesalannya. Dengan penuh kerendahan hati, ia menjawab pertanyaan Yesus bahwa ia mencintai-Nya dan bersedia melayani Dia, apa pun taruhannya, lebih dari segala yang lain, lebih dari perahu, jala, panen ikan, lebih dari pekerjaannya yang lalu, lebih dari orang-orang di sekitarnya. ”Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Yesus meminta dia untuk mencintai Dia dan tugas perutusan yang diserahkan kepadanya untuk menggembalakan domba-domba-Nya.

Tuhan memanggil para utusan-Nya bukan karena mereka sudah sempurna, tetapi dalam kelemahan-kelemahan mereka. Yang utama bagi Yesus ialah mereka mencintai Dia dan tugas perutusan yang dipercayakan-Nya kepada mereka. Cinta akan Dia ada di atas segalanya, disertai kesadaran akan kelemahan dan kerinduan bermetanoia. ”Terlambat aku telah mencintai Engkau, oh Keindahan yang sungguh lama dan sungguh baru. Terlambat aku telah mencintai Engkau!” (St. Agustinus).



Para Martir dari Lyon, Prancis

Pada tahun 177 sewaktu kekaisaran Romawi diperintah oleh Kaisar Markus Aurelius, terjadi penganiayaan besar terhadap orang-orang Kristen, baik di Roma maupun daerah-daerah jajahan Roma.
Pada waktu itu, kota Lyon, Prancis Selatan, sudah terkenal sebagai pusat perdagangan dan pusat kehidupan orang-orang kafir. Disana juga ada banyak orang Kristen. Sebagaimana di Roma, orang-orang Kristen di Lyon juga dikejar-kejar, dipenjarakan bahkan dibunuh. Harta milik mereka disita. Dari surat-surat yang dikirim umat di Lyon dan Vienne kepada umat di Asia Kecil, diketahui ada 48 orang martir di sana dan sebagian besar berasal dari kota Lyon.

Yang pantas dicatat adalah Uskup Lyon, Potinus, Blandina bersama saudaranya Pontikus, Maturus yang baru saja dibaptis dan Sanktus, yang dengan gagah berani mempertahankan imannya di hapadan para penganiaya mereka. Penganiayaan itu sungguh kejam.
Potinus, terhadap pertanyaan hakim di pengadilan “Siapakah Allah orang Kristen?”, dengan tegas menjawab: “Jika tuan layak, tuan akan mengetahuinya nanti!” Jawaban ini menghantar Potinus kepada penganiyaan yang keras hingga mati dua hari kemudian. Blandina, gadis budak belian itu menguatkan hati saudaranya Pontikus yang kurang tahan terhadap beratnya penyiksaan atas mereka. Maturus yang baru dibaptis dan Sanktus, dengan gagah berani menahan derita sengsara yang dilakukan atas mereka, hingga para algojo kafir itu tercengang dan menanyai asal-usul mereka. Mereka mati demi mempertahankan imannya kepada Kristus. 


Santo Erasmus, Uskup dan Martir

Erasmus, yang juga dipanggil Elmo, dikenal sebagai Uskup kota Farmiae, Italia. Kemungkinan ia dihukum mati sekitar tahun 303 tatkala terjadi penganiyaan atas orang-orang Kristen di masa pemerintahan Kaisar Diokletianus. Kisah menyeluruh tentang masa hidupnya tidak banyak diketahui. Dari laporan Paus Gregorius I pada abad ke nam diketahui bahwa relikiunya disemayankan di Katedral Famiae.
Banyak cerita yang beredar waktu itu sering menyamakan Elmo dengan Erasmus lain, orang kudus kebangsaan Syria yang menjadi Uskup Antiokia. Menurut cerita ini, Erasmus atau Elmo adalah uskup Antiokia yang dikejar-kejar oleh para musuh sampai akhirnya ditangkap dan dibunuh di Farmiae.
Erasmus atau Elmo dihormati sebagai pelindung para pelaut Italia. Hal ini mungkin didasarkan pada cerita bahwa kemartirannya terjadi di atas sebuah kapal. Para pelaut Italia percaya bahwa cahaya biru yang sering dilihat di puncak tiang kapal sebelum dan sesudah kilatan halilintar, menandakan perlindungan Santo Erasmus. Oleh karena itu, cahaya ini dinamakan “Cahaya Santo Elmo”. Erasmus dihormati sebagai pelindung para pelaut. 

Santo Marselinus dan Petrus, Martir

Petrus dikenal sebagai pelayan Gereja yang dipenjarakan semasa pemerintahan kaisar Diokletianus. Ketika itu ia baru saja menerima tabhisan exorsista yang memberi kuasa untuk mengusir setan. Dengan karisma yang ada padanya, ia menyembuhkan kepala penjara dari penyakitnya. Kesembuhan ini mempertobatkan kepala penjara itu bersama keluarganya ke pangkuan iman Kristen. Mereka dipermandikan menjadi Kristen oleh Marselinus, seorang iman yang saleh. Karena perbuatan ini, Petrus dan Marselinus dijatuhi hukuman mati oleh penguasa Romawi pada tahun 302.

Santo Nicephorus dari Konstantinopel, Pengaku Iman

Nicephorus dikenal sebagai negarawan dan filsuf. Ia lahir di Konstantinopel kira-kira pada tahun 758. Putra sekretaris Konstantin V (741-775) ini bekerja sebagai komisaris kekaisaran. Ketika Konsili Nicea (787) berlangsung, ia diangkat sebagai sekretaris Konsili.

Dari statusnya sebagai seorang awam, ia dipilih dan ditabhiskan menjadi Patriakh Konstantinopel pada tahun 806. Kemudian pada tahun 815, ia dibuang oleh Kaisar Leo, seorang Armenia karena melawan gerakan bidaah yang melarang penghormatan gambar-gambar Kudus (ikonklasme). Hari-hari terakhir hidupnya dihabiskan di dalam sebuah biara yang ia dirikan di Bosphorus.