Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

15 Juni 2017

Jumat, 16 Juni 2017 == Hari Biasa Pekan X

 Matius 5:27-32



Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (4:7-15)

Saudara-saudara, harta pelayanan sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang berlimpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami sendiri. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terhimpit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Demikianlah maut giat di dalam diri kami, sedangkan hidup giat di dalam kamu. Namun kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis, “Aku percaya, sebab itu aku

berbicara.” Karena kami pun percaya, maka kami juga berbicara. Karena kami tahu, bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama- sama dengan Yesus. Dan Allah itu akan menghadapkan kami bersama dengan kamu ke hadirat-Nya. Sebab semuanya itu terjadi demi kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar karena semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menghasilkan ucapan syukur semakin melimpah bagi kemuliaan Allah.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kepada-Mu, ya Tuhan, kupersembahkan kurban syukur.
Ayat. (Mzm 116:10-11.15-16.17-18)

  1. Aku tetap percaya, sekalipun aku berkata, "Aku ini sangat tertindas" sekalipun aku berkata dalam kebingunganku, "Semua manusia pembohong."
  2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku!
  3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan; aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Flp 2:15-16)
Hendaknya kalian bersinar di dunia seperti bintang-bintang sambil berpegang pada sabda kehidupan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:27-32)


Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kalian telah mendengar sabda, 'Jangan berzinah!' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Barangsiapa memandang seorang wanita dengan menginginkannya dia sudah berbuat zinah dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan dikau, cungkillah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota badanmu binasa daripada badanmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tangan kananmu menyesatkan dikau, penggallah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota badanmu binasa daripada dengan badanmu seutuhnya masuk neraka. Tetapi disabdakan juga, 'Barangsiapa menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, dia membuat isterinya berzinah. Dan barangsiapa kawin dengan wanita yang diceraikan, dia pun berbuat zinah.'"

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Orang sering berpendapat penderitaan dan kesulitan menjadi halangan untuk menjadi murid Yesus. Paulus melihat sebaliknya. Semuanya itu dilihatnya dalam hubungan dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Paulus sendiri mengalami banyak hambatan, kesulitan, penindasan, dan penderitaan, tetapi ia tetap percaya pada Kristus. Dan ia selalu bersyukur. Karena itu ia berani bersaksi dan mewartakan Injil tanpa lelah. Kata Paulus, penderitaan justru dapat mendekatkan kita kepada Kristus. Bila kita ikut serta dalam penderitaan Kristus, maka kita ikut serta pula dalam kemuliaan-Nya. Allah yang membangkitkan Kristus, akan membangkitkan kita juga.


Dalam Injil, Yesus berbicara tentang zina, penyesatan, dan perceraian. Semuanya ini berasal dari hati yang berahi dan sesat. Karena itu, pentinglah menilai hati, sebab hati akar segala kejahatan. Bila hati kita baik, maka perbuatan kita juga baik. Iktikad yang baik pasti memberikan nilai positif bagi hidup kita. Di era digital ini, sangat baiklah kita merawat hati dan menjaga mata untuk tidak melihat atau memposting hal-hal yang tidak baik di media cetak dan elektronik.

Kita perhatikan saja tulisan-tulisan tentang tokoh yang berjaya dalam masyarakat. Ketika mereka menjadi orang hebat dan berhasil, tentu dengan senang hati mereka bercerita bagaimana mereka dulu berjuang begitu hebat. Misalnya, ada pengusaha yang kaya raya yang sedang senang hati membagikan tipsnya bagaimana ia dapat berhasil dari usahanya. Mungkin ia bercerita tentang bagaimana ia memulai dari menjadi pedagang keliling pakai sepeda ontel, lalu sepeda motor, lalu mobil boks jelek hingga akhirnya berkembang dan kini sudah memiliki sekian mobil pribadi yang bagus, dengan sekian karyawan dan berbagai cabang di banyak kota. "Ini semua berkat ketekunan, disiplin dan rela bersusah-susah dahulu," begitu ia bersharing.

Tentu kita dapat belajar dari orang-orang berhasil atau sukses di atas. Namun, yang menarik, seorang rasul seperti Paulus senantiasa melihat bahwa semua keberhasilan dalam pelayanan mereka sebagai rasul hanya dilihat sebagai yang berasal dari Allah. "Harta pelayanan kami sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyatalah bahwa kekuatan yang berlimpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami sendiri." Segala derita saat Paulus dan kawan-kawan ditindas dan dianiaya dapat ditanggung dan dilalui melulu karena mereka menerima kekuatan Allah. Kekuatan Allah tidak lain adalah kasih karunia Allah yang menopang jiwa, menuntun sekaligus daya yang membuat para rasul dan pewarta Injil tetap tenang, damai dan kuat mewartakan kabar gembira di berbagai tempat.

Cara menghayati segala keberhasilan dan kesuksesan sebagai yang berasal dari Allah sangatlah penting agar kita tidak menjadi sombong. Paulus dan kawan-kawan menjadi rendah hati karena melihat segala keberhasilan pewartaan Injil hanyalah karena kasih karunia Allah yang sejak awal diterima secara cuma-cuma. Ketika kita merasa sukses berkat ketekunan, kesabaran atau perjuangan kita, secara halus kita kurang menyadari bahwa kita sedang mulai berbangga atas diri sendiri, yang pelan-pelan akan membuat kita menjadi sombong. Tetapi bila kita sungguh melihat semuanya dari Allah, kita akan merasa bahwa kita ini bukan apa-apa. Semua ini karena kekuatan yang berasal dari Allah sendiri.

Santa Yulita dan Santo Cyriacus, Martir 

Yulita dikenal sebagai seorang janda beragama Kristen yang kaya raya. Bersama Cyriacus, puteranya dan kedua orang pembantunya, Yulita tinggal di Ikonium. Ketika umat Kristen dikejar-kejar oleh kaki tangan Kaisar Diokletianus, Yulita bersama dengan Cyriacus dan kedua orang pembantunya itu melarikan diri ke Seleusia untuk mencari tempat berlindung yang aman dari ancaman. 

Tetapi malang bagi mereka karena Gubernur yang berkuasa disana pun adalah seorang kafir yang tidak senang dengan orang-orang Kristen. Mendengar berita bahwa ada pendatang baru yang beragama Kristen, ia segera memerintahkan penangkapan atas Yulita bersama puteranyadan memasukkan mereka ke dalam penjara. 

Yulita dikenal sebagai janda bangsawan yang kaya raya. Ketika ia ditanya tentang asal usul dan kekayaannya, ia tidak memberitahukannya. Ia hanya memberitahukan bahwa ia beragama Kristen. Karena itu ia disiksa dan disesah. Cyriacus puteranya dipisahkan darinya. Cyriacus yang manis dan tampan menarik perhatian gubernur Alesksander. Gubernur memangkunya dan membujuknya dengan janji muluk-muluk. Tetapi Cyriacus tidak tertarik pada segala janji itu. Ia malah terus menangisi ibunya yang disiksa dengan hebatnya oleh kaki tangan gubernur. Pada kesempatan itu, ia lalu berteriak: “Aku juga seorang Kristen.” Sambil mengamuk untuk melepaskan diri dari Aleksander, Cyriacus menampar dan mencakari muka Aleksander. Dengan gusarnya Aleksander membanting Cyriacus dan meremukkan kepalanya. 

Melihat ketabahan dan keteguhan hati anaknya, puaslah hati Yulita meskipun ia sendiri mengalami penyiksaan yang hebat. Aleksander semakin bertambah marah. Ia segera memerintahkan para serdadu untuk memenggal kepala Yulita dan Cyriacus. Jenazah mereka dikuburkan di luar kota. 

Santa Ludgardis, Perawan 

Lutgardis lahir di Tongeren, Belgia pada tahun 1182. Ketika memasuki usia muda, orangtuanya ingin mengawinkan dia dengan seorang pemuda ksatria. Namun karena alasan tertentu rencana perkawinan itu tidak jadi terlaksana. 
Setelah peristiwa itu, orangtuanya memasukkan dia ke asrama suster-suster Benediktin, dengan maksud agar Lutgardis tertarik dengan kehidupan biara dan menjadi suster dikemudian hari. Tetapi Lutgardis yang cantik itu lebih suka bergaul dengan pemuda-pemuda. Pada suatu hari ia berbincang-bincang dengan seorang pemuda asing yang tidak dikenalnya. Ternyata pemuda itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Setelah beberapa lama Tuhan membuka matanya dan segera ia mengenal siapa sebenarnya pemuda itu. Yesus berkata kepadanya: “Janganlah lagi kau cari bujukan-bujukan cinta yang sia-sia. Lihatlah apa yang harus kau cintai!” Lalu Yesus menunjukkan luka-lukaNya pada Lutgardis dan segera menghilang. 

Sejak saat itu Lutgardis dipenuhi rahmat Tuhan. Ia mulai membaharui cara hidup dan tingkah lakunya dengan banyak berdoa dan bertapa sesuai dengan permintaan Tuhan Yesus. Oleh karena ia menginginkan peraturan-peraturan yang keras, dan bermaksud menyembunyikan karunia luar biasa yang diberikan kepadanya, ia pindah ke Ordo Cistersian pada tahun 1206. Ia memohon dengan sangat kepada Tuhan agar dilupakan saja oleh sanak familinya dan kenalan-kenalannya. 

Di biara itu, bahasa pergaulan yang dipakai adalah bahasa Perancis, yang tidak dimengerti Lutgardis. Karena itu ia tidak bisa bergaul sebagaimana biasanya dengan kawan-kawannya. Ia lalu memusatkan perhatiannya kepada semadi dan meditasi serta doa untuk orang-orang berdosa dan para penganut ajaran sesat Albigensia. 

Tuhan menganugerahkan banyak karunia istimewa kepadanya. Diantaranya kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit secara ajaib. Tetapi kemudian ia meminta kepada Tuhan agar memberikan kepadanya kemampuan lain yang tidak berbahaya. Atas pertanyaan Yesus: “Apakah yang kaukehendaki dari padaKu?”, ia menjawab: “Berikan kepadaku hatiMu, ya Tuhan!”. Lalu Tuhan pun memberikan kepadanya kelembutan HatiNya yang MahaKudus penuh cinta kasih sehingga ia pun menjadi suster yang saleh dan suci. 

Empat puluh tahun lamanya Lutgardis hidup tersembunyi dalam biara. Ia hampir tidak bisa bicara dengan teman-temannya. Yesus-lah satu-satunya pendampingnya. Tujuh tahun terakhir hidupnya, ia hidup dalam kesepian yang mendalam karena matanya telah menjadi buta. Akhirnya pada hari Minggu 16 Juni 1246, sebagaimana telah dikatakannya sendiri lima tahun sebelumnya, ia meninggal dunia.