Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

03 April 2017

Selasa, 04 April 2017 == Hari Biasa Pekan V Prapaskah

 YOHANES 8:21-30


Bacaan dari Kitab Bilangan (21:4-9)


Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!” Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkan ular-ular ini dari kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
Ayat. (Mzm 102:2-3.16-18.19-21)

  1. Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
  2. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
  3. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat.
Benih itu adalah Sabda Tuhan, penaburnya adalah Kristus. Setiap orang yang menemukan Dia, akan hidup selama-lamanya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:21-30)

Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang banyak, “Aku akan pergi, dan kamu akan mencari Aku; tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu, “Apakah Ia mau bunuh diri, dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya, “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka, “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu. Akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya itulah yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus, “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia yang telah mengutus Aku,menyertai Aku! Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Sering kita tak sabar dan tak mampu melihat janji Tuhan, karena terlalu lekat dengan urusan dunia sehari-hari. Bangsa Israel yang dipimpin Musa ke Tanah Terjanji bosan dengan makanan hambar yang diberikan Tuhan, walaupun mereka hidup sehat dengan makanan itu. Padahal sebenarnya Tuhan ingin memurnikan mereka agar sebagai umat-Nya yang setia mereka dapat memasuki Tanah Terjanji itu. Nafsu mereka untuk makan dan hidup enak membuat mereka tak lagi ingat akan Tanah Terjanji. Begitu juga dengan kita, cita-cita kita untuk memupuk hidup rohani sering kali tinggal cita-cita, karena kita lebih suka disibukkan dengan urusan duniawi sehari-hari. Dan tanpa sungguh-sungguh menjalani hidup rohani, kita tak mungkin menerima Tuhan Yesus sepenuhnya:”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Sebagai pengikut Kristus kita percaya bahwa seperti Kristus kita juga bukan dari dunia ini (Yoh. 17:16). Namun, kepercayaan ini mesti kita wujudkan dan hayati dalam hidup kita sehari-hari. Jika tidak, kita akan tertarik ke bawah dan hidup seperti orang-orang dunia ini. Yesus dengan keras mengingatkan: ”Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”



Inilah tantangan Yesus bagi kita di masa Prapaskah ini, kalau kita mau benar-benar bangkit bersama Dia. Kita harus berani bermatiraga untuk mengambil jarak dari dunia ini agar dapat benar-benar masuk dalam doa, dalam relasi yang semakin dalam, semakin bersatu dengan Yesus, karena Dia telah turun ke dunia untuk bersatu dengan kita. Tanpa bertekun dalam matiraga, mustahil kita dapat lepas dari keterlekatan duniawi, mustahil kita dapat mengikuti Tuhan Yesus seutuhnya.


Santo Isodorus dari Sevilla, Uskup dan Pujangga Gereja

Isodorus lahir di Cartagena, Spanyol pada tahun 560. Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang tergolong dalam bilangan pujangga gereja karena perjuangannya demi kemajuan gereja, kebudayaan dan pendidikan di Spanyol. Ia dididik di Sevilla oleh Leander, kakaknya sendiri, yang pada waktu itu menjabat sebagai Uskup Sevilla. Selagi duduk di bangku sekolah, ia tidak mencapai kemajuan berarti dalam berbagai ilmu yang diperolehnya. Walaupun ia belajar dengan penuh semangat, namun hasil yang diperolehnya tidaklah memuaskan. Hal ini menimbulkan kekecewaan besar; ia pun menyerah, putus asa, dan tidak mau lagi berjuang. Lalu ia memutuskan untuk pulang saja ke kampung halamannya.

Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, ia mendapat suatu pengalaman menarik di sebuah sumber air. Di sumber air itu, ia melihat suatu batu besar yang berlubang karena titik-titik air yang menimpanya. "Mengapa batu yang demikian keras dapat ditembusi oleh titik-titik air yang lemah dan tak berdaya itu?" tanyanya dalam hati. Pengalaman ini menumbuhkan suatu kesadaran baru dalam hati. Lalu ia memutuskan kembali kepada kakaknya Leander untuk melanjutkan studinya.

Isodorus mendapat pendidikan yang keras di bawah bimbingan kakaknya Leander. Pengalaman di sumber air itu memberinya semangat baru untuk terus tekun belajar dan pantang mundur. Akhirnya ia memetik hasil gemilang. Ia menjadi seorang yang pintar dan bijaksana. Sepeninggal kakaknya Leander, ia ditabhiskan menggantikan Leander pada tanggal 13 Maret 619. Pekerjaan dan rencana-rencananya untuk memajukan keuskupan Sevilla, terutama mempertobatkan suku Goth Barat yang sesat, diteruskan dan diselesaikan. Ia pun tegas terhadap semua ajaran sesat yang berkembang di dalam keuskupannya dengan membuat peraturan-peraturan baru.

Selama masa kepemimpinannya sebagai Uskup Sevilla, Isodorus memimpin Konsili Sevilla kedua pada tahun 916 dan Konsili Toledo keempat pada tahun 633. Pada Konsili ini, ia memperjuangkan agar setiap keuskupan di Spanyol didirikan sebuah seminari atau Sekolah Katedral. Selain itu ia berjuang meningkatkan studi kedokteran, hukum, seni, bahasa Yunani dan Hibrani. Selama 36 tahun ia berkarya mengabdikan dirinya demi kemajuan keuskupan Sevilla. Ia membangun gereja-gereja, biara-biara, terutama menulis buku-buku ilmiah yang diberi judul "Etymologiae" atau "Orginis", buku biografi, sejarah dunia mulai dari penciptaan, karya-karya teologi, aturan-aturan biara dan sejarah suku Vandal, Goth, dan Suevi. Selain itu, ia menyelesaikan sebuah karya tulis dari Leander kakaknya, yakni Misale Mozarabik yang ditujukan untuk mempertobatkan suku bangsa Goth. Buku-buku yang ditulisnya dipakai di seluruh Eropa selama berabad-abad.

Meskipun dia sibuk dengan berbagai tugas, ia selalu menyempatkan diri untuk berdoa, berpuasa dan merenungkan Kitab Suci. Semuanya ini menjadikan dia sebagai seorang uskup yang saleh, bijaksana dan rendah hati. Seluruh umat sangat senang dengan dia karena kasih sayangnya kepada mereka. Ia meninggal dunia pada tahun 636. Kemudian pada tahun 1598 digelari kudus dan tahun 1722 digelari sebagai pujangga gereja. 

Santo Benediktus Moor, Biarawan

Benediktus Moor lahir di sebuah desa kecil dekat Messina, Sisilia, pada tahun 1526. ia adalah orang negro pertama yang digelari Kudus oleh Gereja. Ia disebut juga "Benediktus Hitam", karena warna kulitnya yang hitam pekat. Orang tuanya adalah budak belian asal Etiopia yang bekerja pada seorang orang kaya di Sisilia. Karena kesalehan hidup mereka, sang majikan memberikan status merdeka pada Benediktus.

Oleh orang tuanya yang saleh itu, Benediktus mendapat pendidikan yang baik terutama dalam hal-hal yang menyangkut penghayatan iman Kristen. Ia berkembang menjadi orang Kristen yang saleh. Seorang imam Fransiskus yang menyaksikan cara hidup Benediktus segera mengajaknya untuk masuk ordo Fransiskan. Benediktus menyambut baik ajakan ini. Ia menjadi seorang Bruder dan bekerja sebagai juru masak di biara Santa Maria di Palermo. Kesalehan hidupnya membawanya ke jenjang pimpinan biara, kendatipun ia tidak tahu menulis dan membaca. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil menciptakan suati suasana baru dalam biaranya.

Banyak orang yang datang meminta nasehat dan bimbingan rohani padanya. Ia dianugerahi kemampuan untuk menerangkan masalah-masalah doktrinal dan rohani. Ia meninggal pada tahun 1589. 

Santo Platon, Pengaku Iman

Platon lahir pada tahun 735. Ia menjadi Abbas di sebuah biara di gunung Olympus, Yunani dan berhasil memperbaharui semangat hidup rohani dalam biara itu. Pada usia senjanya, ia meletakkan jabatannya dan menjadi seorang pertapa dengan cara hidup yang sangat keras. Ia diasingkan karena melancarkan perlawan terhadap kaisar yang terus-menerus melakukan kawin-cerai.