Saudara-saudara terkasih, inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata “Aku mengenal Allah”, tetapi tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan tidak ada kebenaran di dalam dia. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu kasih Allah sungguh sudah sempurna; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Allah. Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Allah, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Saudara-saudara terkasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu; perintah ini telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang melenyap dan terang yang benar telah bercahaya. Barangsiapa berkata bahwa ia berada di dalam terang, tetapi membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi karena kegelapan itu telah membutakan matanya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4; 4/4, PS 806
Ref. Hendaklah langit bersuka cita, dan bumi bersorak-sorai dihadapan wajah Tuhan, kar'na Ia sudah datang.
Ayat. (Mzm 96:1-2a.2b-3.5b-6)
- Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah nama-Nya!.
- Kabarkanlah dari hari ke hari keselamatan yang datang dari pada-Nya, ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa, kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
- Tuhanlah yang menjadikan langit, keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan hormat ada di tempat kudus-Nya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 2:32)
Kristuslah cahaya yang menerangi para bangsa. Dialah kemuliaan bagi umat Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:22-35)
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa kanak-kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada diatasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika kanak-kanak Yesus dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Kanak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu,”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Kata ”aku mengasihimu” atau ”aku mencintaimu” bisa terasa usang dan tak bermakna ketika manusia menjadikannya sebuah ungkapan manis demi kepentingan sendiri. Ketika kepentingan menjadi dasar, cinta berhenti pada kata dan tiada relasi. Akibatnya, manusia tidak mampu menemukan keindahan dan rahmat yang ada dalam relasi kasih. Demikian pula dalam dinamika relasi dengan Allah, ketika unsur kasih tidak ada, maka manusia semakin kesulitan untuk melihat dan mengenal Allah. Dan itulah kegelapan, ketika manusia tidak melihat sama sekali terang yang dipancarkan oleh Allah.
Kasih membuka mata dan memampukan manusia melihat dengan terang benderang keindahan berkat Allah dalam hidupnya. Terang itulah juga yang menaungi Simeon. Kasihnya yang besar dan setia pada Allah akhirnya memampukan dirinya melihat ”cahaya para bangsa” dan mengalami sukacita besar.
Santo Thomas Becket dari Canterbury, Uskup dan Martir
Thomas Becket lahir di London pada tahun 1118. Orang-tuanya berkebangsaan Normandia. Semenjak kecilnya, Thomas menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Ibelajar di biara Merton di Surrey, kemudian di London dan Paris. Pada usia 21 tahun ia sudah berkecimpung di dunia politik di London. Kepandaiannya menarik hati Theobaldus, Uskup Agung Canterbury sehingga ia ditahbiskan menjadi diakon dan dibebani macam-macam tugas.
Akhirnya namanya yang harum itu terdengar juga oleh Raja Henry II. Atas rekomendasi Uskup Theobaldus, Raja Henry II mengangkat Thomas menjadi penasehatnya. Sebagai seorang abdi sekaligus sahabat Raja, Thomas mendampingi Raja dalam berbagai urusan kenegaraan. Ia menyusun dan mengatur perjanjian damai dengan Prancis pada tahun 1160. Sepeninggal Uskup Theobaldus pada tahun 1161, Raja Henry mengangkat dia menjadi Uskup Agung Canterbury karena ia membutuhkan seorang pendamping yang mampu membantunya dalam urusan-urusan kerajaan. Thomas sendiri sangat segan menerima jabatan mulia itu. Tetapi demi kelangsungan kepemimpinan di dalam Gereja, Thomas akhirnya dengan rendah hati menerima juga jabatan itu. Setelah ditahbiskan menjadi Uskup Agung Canterbury, Thomas mengundurkan diri dari jabatan penasehat raja agar supaya ia lebih leluasa menjalankan tugas-tugas kegembalaan. Ia meninggalkan gelanggang politik, meninggalkan Segala kemewahan duniawi, lalu mulai lebih memusatkan perhatian pada bidang kerohanian, kasih amal dan studi teologi. Hidupnya ditandai dengan kesederhanaan. Ia gigih membela hak-hak Gereja dari rongrongan pihak mana pun. Dengan tegas ia menolak menandatangani Konstitusi Klarendon, suatu dokumen yang memberikan hak kepada pemerintah untuk campur-tangan di dalam urusan-urusan Gerejawi. Karena itu Henry mulai mengambil tindakan keras terhadapnya. Dalam suatu pertemuan di Northampton pada tanggal 13 Oktober 1164, Thomas secara terbuka menentang Henry dengan meninggalkan pertemuan itu.
Ia naik banding kepada Paus dan mengasingkan diri ke Prancis. Raja Louis VII menyambut baik kedatangannya dan mengizinkan dia tinggal di sana selama 6 tahun. Raja Henry mengambil alih seluruh kekayaan keuskupannya. Namun Paus tidak mengizinkan Thomas meletakkan jabatannya. Pada tahun 1170 Henry menawarkan perdamaian dengan Thomas dan mengizinkan dia kembali ke Inggris.
Pada bulan Desember 1170, Thomas kembali ke Inggris dan diterima dengan meriah oleh seluruh umat. Namun ia tidak mau mengampuni uskup-uskup yang memihak raja sebelum mereka bersumpah setia kepada Paus. Ia bahkan memanfaatkan isinan Paus Aleksander III yang diberikan pada tahun 1166 untuk mengekskomunikasikan uskup-uskup itu. Tindakan ekskomunikasi ini membuat raja sangat kesal dan marah. Empat orang perwiranya segera diperintahkan ke Canterbury untuk membunuh Thomas. Ketika itu Thomas sedang melakukan ibadat sore di dalam katedralnya. Empat perwira itu segera menyergap dan membunuh Uskup Thomas di depan Sakramen Mahakudus. Peristiwa sadis ini terjadi pada tanggal 29 Desember 1170.
Thomas dari Canterbury segera dihormati sebagai orang kudus oleh seluruh umat dan tempat di mana ia dibunuh dihormati sebagai tempat keramat. Raja Henry merasa puas dengan pembunuhan itu. Namun suara hatinya terus mengusik batinnya sehingga pada tahun 1172 ia membatalkan Konstitusi Clarendon dan melakukan pertobatan di hadapan seluruh umat. Pada tanggal 21 Februari 1173, Aleksander III secara resmi mengumumkan kanonisasi Thomas. Tempat pembunuhannya menjadi salah satu tempat ziarah terkenal di Eropa sampai Raja Henry VIII membongkarnya dan mengambil alih kekayaannya pada tahun 1538. Kata-katanya terakhir sebelum menghembuskan nafasnya ialah: "Aku bersedia mati demi nama Yesus dan Gereja-Nya."
Santo Kaspar Del Bufalo, Pengaku Iman
Kaspar Del Bufalo yang dikenal sebagai pendiri Kongregasi Misionaris Darah Mulia, lahir pada tahun 1786 di Roma, Italia. Pada tahun 1808 ia ditahbiskan menjadi imam di Roma. Pada waktu tentara-tentara Napoleon I menduduki kota Roma, Kaspar ditangkap dan dipenjarakan tetapi ia kemudian berhasil meloloskan diri dari penjara dan melarikan diri dari Roma.
Dengan dukungan kuat dari Kardinal Cristaldi dan Paus Pius VII (1800-1823), Kaspar mendirikan Kongregasi Misionaris Darah Mulia pada tahun 1815 di Giano. Sambil mendirikan pusat biara di Albano Laziale, dekat Roma, dan di seluruh Kerajaan Napoli, Italia Selatan, kongregasi itu berjuang membangun kembali Italia yang diporak-porandakan oleh perang dan berbagai pertikaian. Kaspar dikenal sebagai seorang pengkotbah yang berhasil terutama di daerah-daerah pedesaan. Selain aktif dalam karya pewartaan dan karya karitatif untuk menolong orang-orang miskin, Kaspar mendirikan perkumpulan-perkumpulan doa untuk adorasi malam di hadapan Sakramen Mahakudus. Ia meninggal dunia di Roma pada tanggal 28 Desember karena terserang penyakit kolera yang menyerang kota Roma. Pada tahun 1954, Kaspar digelari 'kudus' oleh Paus Pius XII (1939-1958).
Daud, Raja Israel Yang Terbesar
Daud (Yunani: Dauid; Ibrani: Dawid) artinya "Yang terkasih" adalah Raja Israel kedua dan yang terbesar sekitar tahun 1010 sampai 970 seb.M (1 Sam 16=1 Raj 2; Kis 7:45). Tanggal kelahirannya tidak diketahui pasti; tetapi ia meninggal dunia di Israel pada tahun 973 seb.M. Ia seorang Efrata dari Betlehem dan anak bungsu Isai (1 Sam 16:11; 17: 12; 1 Taw 2:15; Mat 1:5--6; Luk 3:31). Kecintaan umat Israel kepada Daud terutama karena ia berhasil membunuh Goliath, panglima perang bangsa Filistin.
Sebagai seorang pejuang muda, Daud diagungkan sebagai seorang pahlawan. Cinta dan puji-pujian rakyat ini membangkitkan amarah dan kecemburuan Raja Saul. Saul kemudian berusaha membunuh Daud. Daud tetap tenang dan bersikap jantan menghadapi rencana jahat Saul. Ia mengungsi ke padang gurun Yudea dan berhasil memikat hati suku-suku bangsa yang berdiam di sana. Ia menikahi Aninoam, Abigail dan akhirnya dengan Mikhal. Dari sana ia menyusun rencana dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menggulingkan Saul yang dianggap sebagai "Orang yang diurapi Tuhan."
Setelah Saul meninggal dunia, Daud diurapi sebagai raja atas Yuda di Hebron, sektor selatan Israel. Sekitar tujuh tahun kemudian, setelah Abner meninggal dunia, Daud diakui sebagai raja untuk seluruh Israel sampai ia mati. Manufer politik pertama yang dilancarkan Daud sebagai raja ialah menaklukkan suku bangsa Yebusi dan merebut Yerusalem yang dikuasai oleh suku itu. Tempat tinggal raja dipindahkan ke Yerusalem. Di sana ia menikah dengan Batsyeba. Untuk mempertahankan kedudukkannya, ia harus menaklukkan setiap kota Kanaan atau mengintegrasikannya ke dalam suku-suku Israel. Sebaliknya Daud juga harus mempersatukan suku-suku yang masih berdiri sendiri-sendiri, terutama suku-suku Utara dan Selatan, menjadi satu bangsa. Oleh sebab itu, ia bersikap lunak sekali terhadap keluarga Saul (2 Sam l:1-16; 3:13-16), memilih tempat tinggal di daerah yang tidak dikuasai oleh bangsa Israel, memindahkan Tabut Perjanjian Allah (2 Sam 6:1-9), membuat persiapan untuk membangun kenisah pusat (2 Sam 7; 24:18-25), dan membentuk suatu pasukan yang tangguh (1 Taw 27:1-15). Hampir seluruh daerah Barat sungai Yordan dikalahkan oleh Daud. Para bangsa Edom; Aram, Moab dan Ammon ditaklukkannya. Tetapi kerajaannya yang begitu gemilang dikeruhkan oleh kejadian-kejadian dan intrik-intrik pribadi: tingkahnya sendiri terhadap Uria dan Batsyeba (2 Sam 11), penodaan oleh Ammon terhadap Tamar puterinya (2 Sam 13:1-22); pemberontakan dan kematian Absalom (2 Sam 15; 18:1 - 19:9) dan intrik-intrik untuk mewarisi takhta.
Kitab Raja-raja mengisahkan keinginan Daud untuk mendirikan satu kediaman yang pantas untuk menyimpan Tabut Perjanjian Yahweh, namun ia meninggal dunia sebelum melaksanakan niatnya itu. Kemudian Solomon, puteranya sendiri merealisir rencananya yang luhur itu dengan mendirikan sebuah kenisah. Daud meninggal dunia dalam keadaan sakit tua pada tahun 973 seb. M., kira-kira dalam usia 70 tahun. Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia (2 Sam 3;16) dan pada zaman Kristus (Kis 2:29). Daud adalah leluhur Yesus melalui Yusuf (Mat 1:17; 20; Luk 1:27,32; 2:4; Why 5:5; 22:16); ia juga seorang nabi karena dalam Mazmur-mazmur yang diciptakannya ia menubuatkan kedatangan Kristus (Sir 47:8; Kis 1:16; 2:25,34;4:25; Rom 4:6;11:9; Ibr 4:7), serta kebangkitan Kristus (Kis 2:29-36; 13:34-37).