Bacaan I : 2Sam. 24:2.9-17
Bacaan Injil : Mrk. 6:1-6
Setelah banyak berkeliling di Galilea, Yesus kembali ke tempat asalnya Nazaret dan pergi ke sinagoga untuk mengajar pada hari Sabat. Seperti yang telah dilakukan-Nya di mana-mana, Yesus mengumumkan kabar baik bahwa Kerajaan Allah akhirnya telah datang ke dalam dunia. Tidak mengherankanlah apabila penduduk Nazaret menjadi kaget mendengar kata-kata hikmat yang diucapkan oleh Yesus. Mereka telah mendengar tentang berbagai mukjizat dan tanda heran yang dibuat-Nya di tempat-tempat lain dan juga tentang kuat-kuasa yang telah ditunjukkan oleh-Nya atas kekuatan-kekuatan dahsyat seperti ombak besar dan angin topan, roh-roh jahat, sakit-penyakit, bahkan kematian/maut itu sendiri.
Mengapa orang-orang Nazaret – yang telah mengenal Yesus untuk kurun waktu yang relatif lama – tidak mau menerima sentuhan kesembuhan-Nya? Bahkan Yesus sendiri pun “merasa heran karena mereka tidak percaya” (Mrk 6:6). Apakah dilema mereka? Mengapa mereka tidak dapat menerima kenyataan bahwa Allah bekerja dengan penuh kuat-kuasa dalam diri Yesus yang bertumbuh dari anak-anak menjadi dewasa di tengah-tengah mereka? Seperti juga dalam hal-hal yang lain, jawabannya terletak pada kekerasan hati. Penduduk Nazaret tidak mau mengakui kenyataan dan malah menentang Yesus karena mereka mengenal-Nya hanya sebagai seorang tukang kayu. Bagaimana mereka dapat menerima Dia sebagai seorang nabi, apalagi sebagai Anak (Putera) Allah?
Yesus merasa senang apabila kita mengakui siapa diri-Nya dan siapa kita di hadapan-Nya. Yesus mengambil hukuman yang diperuntukkan bagi kita agar kita dapat hidup bersama-Nya. Yesus juga rindu agar kita merangkul hidup ini. Memang benar bahwa kita dapat hidup tanpa harus berpaling kepada Tuhan, namun kehidupan macam apa yang kita miliki seperti itu? Kehampaan. Mengapa? Karena kita tidak sadar akan Kasih yang menciptakan kita dan menopang kita sampai hari ini. Kita dipisahkan dari sang Kehidupan yang terpaku pada kayu salib guna membebaskan kita dari kuasa kegelapan.
Bacaan Injil hari ini menantang kita semua untuk melakukan evaluasi atas kedalaman iman kita kepada Tuhan. Dapatkah kita memperkenankan Dia menjadi efektif seperti yang diinginkan-Nya dalam kehidupan kita? Yesus mengundang kita untuk beriman sepenuhnya kepada diri-Nya. Sepanjang Kitab Suci kita dapat membaca bagaimana orang-orang yang percaya kepada kasih-Nya yang penuh kuasa menjadi sembuh, bebas dari kuasa roh-roh jahat, dan dilindungi oleh-Nya. Oleh karena itu, marilah kita (anda dan saya) memohon kepada Roh Kudus – yang dapat memimpin kita kepada segenap kebenaran – agar memberikan iman yang sama kepada kita masing-masing.
Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, ampunilah semua dosa kesalahanku.
Ayat. (Mzm 32:1-2.5-7)
- Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni dan dosa-dosanya ditutupi! Berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan tidak berjiwa penipu!
- Akhirnya dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, "Aku akan menghadap Tuhan." Maka Engkau sudah mengampuni kesalahanku.
- Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi ditimpa kesesakan; kendati banjir besar terjadi ia tidak akan terlanda.
- Engkaulah persembunyian bagiku, ya Tuhan! Engkau menjagaku terhadap kesesakan. Engkau melindungi aku, sehingga aku luput dan bersorak.
Renungan
Bagi kita, pertobatan itu suatu iman yang diwujudkan salah satunya dengan bertobat. Kita tidak hanya percaya bahwa Tuhan mengampuni dosa, tetapi kita mewujudkannya dalam semangat kembali kepada Tuhan, menyesali dosa dengan nyata dan dengan demikian mewartakan bahwa Tuhan memang menghendaki pertobatan dan Ia dengan penuh kasih akan menerima orang yang bertobat. Sikap setengah hati tidak akan menghasilkan apa-apa.
Sabda Tuhan mengajak kita bertobat sepenuh hati, karena percaya bahwa Allah berkenan atas orang yang tulus memperbaiki hubungan dengan Allah.
Santo Blasius, Uskup dan Martir
Blasius adalah seorang Uskup di Sebaste, di wilayah Armenia, Asia Kecil. Ia dikenal sebagai seorang ahli Fisika dan seorang gembala yang baik hati. Pada masa pemerintahan Kaisar Licinius, ia ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian pada tahun 316, ia dihukum mati.
Menurut cerita rakyat, ia berhasil menyelamatkan seorang anak laki-laki dari kematian karena tulang ikan yang tersangkut pada tenggorokannya. Doa dan berkat Santo Blasius melepaskan anak itu dari bahaya kematian. Doa dan berkat Santo Blasius ini terus dilestarikan oleh Gereja hingga dewasa ini. Pada setiap tanggal 3 Februari , Pesta Santo Blasius, umat Katolik menghadiri misa Kudus untuk menerima berkat santo Blasius dari imam-imamnya.
Berkat yang diberikan imam-imam disertai doa berikut: Moga-moga Allah karena perantaraan Santo Blasius, Uskup dan Martir, membebaskan dikau dari penderitaan tenggorok dan dari kemalangan lainnya. Atas nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Santo Ansgarius, Uskup
Ansgarius lahir pada tahun 801 di daerah Amiens, Prancis. Ia dikenal sebagai seorang Uskup dan pewarta Injil di daerah Skandinavia. Sebagian besar masa hidupnya ia manfaatkan untuk mewartakan Injil Kristus kepada kaum kafir Norsemen yang bengis dan liar.
Semasa mudanya, Ansgerius menghayati suatu cara hidup yang baik seturut kebiasaan-kebiasaan Kristen yang berlaku pada masa itu. Kemudian ia memutuskan untuk menjadi seorang rahib Benediktin. Untuk itu, ia masuk biara Benediktin di Corbie dan menjadi asuhan Paschasius Radbertus. Segera setelah itulah, ia mengucapkan kaulnya, ia bersama beberapa orang rekannya diutus ke Wesphalia untuk mendirikan sebuah biara baru diantara orang-orang Saxon di Jerman Utara. Biara baru ini dinamakan biara Corvey atau Corbie Baru. Dari sinilah, Ansgarius diutus untuk mewartakan Injil ke berbagai wilayah wilayah yang masih kafir.
Ia pernah tinggal di Istana kaisar Loius, putera Karel Agung. Disini ia berhasil mengajak raja Harold dari Denmark untuk memeluk agama Kristen. Ajakan ini disambut dengan baik oleh Raja Harold. Setelah kembali ke negerinya, Harold mengundang Ansgarius untuk memulai karya misinya diantara kaum Danes yang masih kafir. Di Denmark, Ansgarius mewartakan Injil dan berhasil mendirikan sebuah sekolah.
Dari Denmark, ia berlayar ke Swedia dan tiba di Birka, ibukota Swedia yang lama. Ia diterima dengan baik oleh raja Bjorn dan para dewan kota. Herigar, salah satu anggota dewan mendirikan sebuah gereja di wilayahnya. Itulah gereja pertama di Swedia.
Sekembalinya ke Jerman, Ansgarius ditabhiskan menjadi Uskup kota Hamburg dan diangkat menjadi utusan Paus Gregorius IV untuk menjalankan misi Gereja di wilayah Jerman bagian Utara. Sebagai seorang Uskup, Ansgarius menghadapi banyak masalah, terutama dari kaum Norsemen yang kembali kepada praktek-praktek kekafiran: menyembah dewa Odin dan Thor. Meskipun demikian, Ansgarius tetap teguh dalam karyanya mewartakan Injil. Ia mendirikan beberapa Gereja di Swedia dan menempatkan seorang imam disana untuk menggembalakan orang-orang yang telah menjadi Kristen.
Ansgarius adalah salah satu perintis pewartaan Injil di antara suku Skandinavia, Swedia dan Denmark. Ia membuka jalan bagi para misionaris di kemudian hari, seperti Santo Sigfridus, yang membawa orang-orang itu ke dalam ke Kristenan pada abad ke 11. Ansgarius meninggal sebagai seorang Uskup pada tahan 865 di Bremen, Jerman.
Santo Gilbertus
Gilbertus lahir di Sempringham, Lincolnshire, Inggris pada tahun 1083. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia ditempatkan sebagai pastor paroki di Sempringham. Disamping tugas-tugas lainnya, ia mengajar sebagai seorang guru selama beberapa tahun. Perhatiannya pada nasib orang-orang miskin sangat besar. Sebagian besar penghasilannya dibagikan kepada orang-orang yang malang itu, sedang dia sendiri mencukupkan dirinya dengan sejumlah kecil uang yang masih tersisa di kantongnya.
Di kalangan umatnya di Sempringham, Gilbertus dikenal sebagai seorang imam yang saleh. Di bawah bimbingannya, beberapa orang wanita membentuk satu komunitas. Kelompok ini terus berkembang dan bertambah anggotanya, termasuk kaum pria. Gilbert dengan tekun membimbing komunitas ini menjadi sebuah komunitas yang tetap dan kokoh menurut aturan hidup Santo Benediktus dan Kanon Santo Agustinus.
Kemudian komunitas ini dijadikan sebuah ordo baru dengan nama Ordo Gilbertin. Gilbert adalah pemimpinnya. Ordo ini dibagi dalam tiga kelompok yakni, kelompok suster, bruder dan imam. Mereka tinggal di biara masing-masing tetapi tetap bersatu dalam karya pelayanan di bidang kesehatan, penampungan dan pendidikan anak- anak yatim piatu dan pelayanan orang-orang miskin dan para tawanan.
Pada umur 90 tahun, Gilbert ditangkap dan dipenjarakan karena dituduh mengungsikan Thomas dari Canterbury. Tuduhan ini tidak pernah disanggahnya sedikitpun meskipun ia tidak pernah terlibat di dalam peristiwa yang dituduhkan padanya. Ia meninggal dunia pada tahun 1189 dan di gelari Kudus pada tahun 1202.
DOA:
Ya Allah, berikanlah aku hati yang berserah pada kebaikan-Mu. Kiranya hati yang bersih membuat aku mampu maju dalam hidup rohani dan hidup bersama, dan akhirnya dapat menjadi berkat bagi sesama. Amin.