Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

26 Mei 2017

Sabtu, 27 Mei 2017 == Hari Biasa Pekan VI Paskah (Novena Roh Kudus hari kedua)

 Yohanes 6:23b-28

Bacaan dari Kisah Para Rasul (18:23-28)


Paulus meninggalkan Korintus dan kembali ke Kota Antiokhia di Siria. Setelah beberapa hari lamanya tinggal di Antiokhia, ia berangkat, dan menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati semua murid. Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Kota Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus; tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa Apolos ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Tuhan. Karena Apolos ingin menyeberang ke daerah Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya, Apolos

oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 825
Ref. Allah telah naik diiringi sorak-sorai, Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Ayat. (Mzm 47:2-3.8-9.10; R: 6)

  1. Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja agung atas seluruh bumi. 
  2. Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan lagu yang paling indah! Allah merajai segala bangsa, di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam. 
  3. Para pemimpin bangsa-bangsa berdatangan bergabung dengan umat Allah Abraham. Sebab segala perisai di atas bumi adalah milik-Nya; sangat agunglah Dia!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 16:28)
Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (16:23b-28)

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Kukatakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa.”


Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 


Renungan


Doa kita dikabulkan bila kita meminta sesuatu dalam nama Yesus. Apa yang kita minta? Apakah permintaan itu benar-benar kita butuhkan? Yesus tahu kebutuhan kita. Dia pasti mengabulkan apa yang kita butuhkan. Apakah kita bersedia menerima tuntutan dari Bapa berkenaan dengan pengabulan permohonan kita? Renungkan sejenak!


Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, sebuah pepatah yang tetap mempunyai makna mendalam untuk kehidupan hingga saat ini. Sebuah pekerjaan berat akan terasa ringan kalau dikerjakan secara bersama. Sebaliknya, akan terasa berat kalau dilakukan seorang diri. Makna bernas di balik pepatah ini adalah betapa indahnya hidup bersama, bahu membahu saling membantu. Hakikat hidup seharusnya seperti itu. Tidak ada orang hidup seperti sebuah pulau (No man is an island), yang kokoh berdiri sendiri, tetap bermanfaat di dalam dirinya sendiri. Hidup manusia tidak demikian, hanya akan berarti di dalam kebersamaan dengan orang lain.

Hal serupa dialami oleh Apolos dan teman-teman dalam tugas mewartakan Yesus yang mereka imani di tengah bangsa-bagsa. Ketika dia berada di Efesus, beberapa jemaat di sana membawanya ke rumah, melengkapi pengetahuannya tentang Yesus yang terus diwartakan,


”....mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya jalan Allah” (Yoh. 18:26). Apolos meneruskan perjalanan ke kota Akhaya untuk menjumpai saudara-saudara di sana. Maka, saudara-saudara di Efesus mengirimkan surat kepada murid di situ supaya menjemput dan menerima Apolos di sana. Mereka kuat karena mereka bersatu dan selalu bersama dalam menjalankan tugas pewartaan. Bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh, mungkin prinsip yang perlu selalu mengisi kesadaran Gereja zaman ini agar karya pewartaan bisa menjangkau banyak hati dan banyak bangsa.


Santo Agustinus dari Canterbury, Uskup dan Pengaku Iman


Agustinus dikenal sebagai Uskup Agung dari Canterbury, Inggris. Kehidupan masa mudanya, demikian juga masa kecilnya, tidak diketahui dengan pasti, kecuali bahwa ia berasal dari sebuah keluarga berkebangsaan Roma. Ia masuk biara Benediktin Santo Andreas yang didirikan oleh Gregorius Agung. Oleh Paus Gregorius ini, Agustinus bersama 39 orang temannya diutus ke Inggris untuk mempertobatkan orang-orang Inggris yang masih kafir. Ia menjadi pemimpin rombongan itu. Diantara rekan-rekannya, Agustinus dikenal sebagai Ahli Kitab Suci dan berjiwa rasul. Perjalanan dari Roma ke Inggris cukup melelahkan, bahkan menakutkan mereka karena banyak cerita ngeri beredar tentang orang-orang Inggris yang menjadi sasaran misi mereka. Sebagai pemimpin rombongan, Agustinus berusaha meneguhkan kawan-kawannnya. 

Melihat ketakutan yang semakin besar itu, Agustinus memutuskan untuk kembali ke Roma guna mendiskusikan dengan Paus Gregorius tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dengan iman dan semangat baru, Agustinus kembali menemui kawan-kawannya sambil membawa surat kuasa dari Sri Paus. Surat kuasa dan doa Sri Paus Gregorius membuat mereka berani lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju Inggris. Mereka melewatkan musim dingin di Paris, lalu melanjutkan perjalanan pada musim semi tahun 597. Mereka mendarat di Thanet, dan dari sini mereka menantikan ijinan dari raja untuk memasuki Inggris. Beberapa orang juru bahasa diutus menghadap raja raja Ethelbert. Beberapa hari kemudian, Raja Ethelbert sendiri datang menemui para rahib itu. Ia memberikan jaminan keselamatan kepada Agustinus dan kawan-kawannya sehingga mereka tidak mengalami banyak hambatan dalam tugasnya. 

Para rahib berarak menemui raja dengan membawa sebuah Salib Suci dan gambar Yesus sambil bernyanyi sehingga arakan itu terasa khikmat dan mengesankan. Oleh raja mereka diijinkan mewartakan Injil dan menetap di ibukota Inggris, Canterbury. Rejeki hidup harian mereka pun dijamin oleh raja. Mereka mulai menjalankan aturan hidup biara Benediktin seperti biasa sambil mewartakan Injil dan mengajar agama. Teladan hidup mereka yang saleh menarik hati penduduk. Raja sendiri dan beberapa pembantu minta diajari agama dan akhirnya dibaptis pada Pesta Pentekosta. 
Pada hari raya natal 597 lebih dari 10.000 orang Anglosakson dipermandikan. Hasil ini sangat menggembirakan hati para misionaris Benediktin itu. Peristiwa ini diberitakan kepada Sri Paus Gregorius Agung. Sri Paus membalas surat Agustinus dan kawan-kawannya sambil mengajak mereka agar tetap rendah hati: “Apabila engkau mengingat bahwa engkau selalu berdosa terhadap Penciptamu dengan perkataan, perbuatan dan kelalaian, baiklah ingatan itu pun melenyapkan segala kesombongan yang mungkin timbul di dalam hatimu”. 

Sebagai Uskup Agung Canterbury, Agustinus sungguh berjasa bagi Gereja Katolik Inggris. Ia adalah perintis Gereja disana. Ia membuka dua lagi keuskupan di Inggris, tetapi tidak dapat mempersatukan umat Britania yang telah lama menjadi Kristen itu. Tetapi sebagai perintis, ia sangat berjasa untuk menghantar orang-orang Anglosakson kepada pengenalan akan Kristus dan InjilNya. 
Pada tanggal 26 Mei 604, Agustinus meninggal dunia dan dimakamkan di luar tembok Canterbury, dekat sebuah gereja baru yang dibangunnya. 

Santo Yulius, Martir

Veteran Romawi ini menjalani dinas militer selama 27 tahun. Ia ditangkap karena memeluk agama Kristen. Bersama dengan Santo Valensio dan Santo Hesikius, ia dipenjarakan di Silistria, Rumania sampai dijatuhi hukuman pancung karena tidak mau menyembah berhala.