Selamat Datang di Blog Patria Jaya dsk. - Santa Theresia
Wilayah 4, Paroki Lubang Buaya - Gereja Kalvari, Jakarta Timur

02 Juli 2017

Senin, 03 Juli 2017 == Pesta Santo Tomas, Rasul


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:19-22)

Saudara-saudara, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di atas Dia tumbuhlah seluruh bangunan, yang rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus dalam Tuhan. Di atas Dia pula kamu turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.

Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan do = f, 4/4, PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1.2)

  1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
  2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil do = f, 2/2, PS 955
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 24:32; 2/4)
Yesus bersabda, "Hai Tomas, karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (20:24-29)

Pada hari Minggu Paskah, ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Tomas, seorang dari kedua belas murid, yang juga disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!” tetapi Tomas berkata kepada mereka, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, aku sama sekali tidak akan percaya.” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu, dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang. Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagimu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab kepada-Nya, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Pada zaman sekarang, orang bisa saja tertipu karena percaya sebelum melihat. Jangankan tertipu karena percaya sebelum melihat, yang percaya setelah melihat pun bisa tertipu karena yang dilihat ternyata palsu. Namun, dalam kasus-kasus yang lain, orang bisa percaya karena memiliki pengalaman kedekatan yang baik dengan orang yang menjadi sumber informasi. Kita pasti pernah mendengar ungkapan: "Kalau dia yang omong, saya percaya. Tetapi kalau bukan dia yang omong, saya ragu!" Mari kita renungkan bersama, "Ada apa dengan Tomas, salah satu rasul Yesus?"

Ketika para murid berkata kepada Tomas, "Kami telah melihat Tuhan", Tomas tampak sangat keras menolak. Tomas sama sekali tidak percaya. Bila kita berandai-andai, sebenarnya bukan Tomas saja yang tidak percaya. Murid-murid lain pun tidak akan percaya bila berada pada posisi Tomas. Apakah Tomas tidak memiliki kedekatan gubungan dengan kesepuluh rasul yang lain sehingga ia tidak mempercayai teman-temannya? Dalam perenungan saya tidaklah demikian. Situasilah yang membuat Tomas ekstra hati-hati. Para murid baru saja terguncang karena peristiwa penyaliban dan kematian Yesus. Lalu mereka terguncang lagi dengan hilangnya jenazah Yesus. Lalu mereka semakin terguncang lagi dengan berita bahwa Yesus bangkit. Para murid, termasuk Tomas, tidak sanggup mencerna semuanya dalam waktu yang begitu berdekatan. Bagi mereka, "Cukuplah! Jangan ditambah-tambah lagi!" Mereka belum memahami semua peristiwa yang terjadi pada hari-hari belakangan itu. Lalu, bagaimana kita dapat percaya bahwa Kristus bangkit bila pada waktu itu para murid berada dalam situasi guncang? Antara percaya dan tidak?

Supaya kita tidak menjadi sia-sia dalam percaya, kita perlu membaca perikop sebelumnya dari Injil yang kita renungkan hari ini. Para murid diutus memberikan kesaksian tentang apa yang mereka percayai BUKAN TANPA BEKAL. Mereka memang terguncang, namun Tuhan tetap membekali mereka, menguatkan mereka, dan meyakinkan mereka dengan Roh Kudus untuk menjalankan tugas perutusan sebagai saksi dan menerima kuasa untuk mengampuni. Jadi, Roh Kudus dalam diri para muridlah yang memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus yang kebangkitan-Nya kita imani. Maka, tidaklah keliru bila iman kita bertumpu di atas dasar iman para rasul yang dipenuhi Roh Kudus. Kita pun mengimani kesaksian para rasul karena Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita. Oleh karena itu, kita pun dapat berkata, "Bila kesaksian berasal hanya dari para rasul, saya boleh tidak percaya. Namun karena di dalam diri para rasul berdiam Roh Kudus yang menjadi Penyaksi (bdk. Kis 1:8), tidak ada alasan bagi saya untuk tidak percaya." Lalu, lahirlah seruan, "Ya Tuhanku dan Allahku!"

Santo Thomas, Rasul

Thomas lahir di Galilea dan dikenal sebagai salah seorang dari Keduabelas Rasul Yesus. Perihal tempat dan waktu dia dipilih menjadi Rasul tidak dibeberkan di dalam Injil-injil. Banyak keterangan tentang pribadinya dapat kita temukan di dalam Injil Yohanes. Thomas-yang disebut juga 'Didimus' (artinya: kembar)-adalah seorang nelayan pembantu. Ia tidak memiliki perahu sendiri seperti Petrus dan Andreas. Hidupnya hampir selalu serba kurang. Hal inilah yang membuat dia bersikap selalu hati-hati, pesimis dan cepat menyangka akan terjadi hal yang buruk atas dirinya. Banyak orang yang mempunyai gambaran yang kurang tepat tentang Thomas. Meskipun demikian, Thomas dikenal berani.

Thomas hadir dalam peristiwa pembangkitan Lazaurus dan Perjamuan Terakhir. Di antara keduabelas Rasul, Thomas dikenal sebagai orang yang tidak mudah mempercayai sesuatu. Sikapnya ini terlihat dengan sangat jelas dalam kaitannya dengan peristiwa penampakan Yesus setelah kebangkitanNya (Yoh 20:24-29). Oleh karena itu di kalangan umat sering terdapat gambaran yang kurang baik tentang Thomas. Setiap kali namanya disebut, yang terbayang di benak mereka adalah seorang rasul yang tidak mau percaya kepada sesuatu hal yang belum disaksikannya sendiri.

Ketika Yesus mendengar bahwa Lazaurus meninggal dunia, Ia berkeputusan untuk kembali ke Yudea, pada hal baru saja orang mau melempariNya dengan batu di daerah itu. Sesudah para Rasul gagal menahan Yesus, Thomas dengan tegas mengajak: "Ayo, kita pergi juga! Biarlah kita mati bersama-sama dengan Dia". Thomas tak mau membiarkan Yesus pergi sendirian menantang bahaya. Thomas seorang yang terus terang, polos dan tidak malu-malu menyatakan ketidaktahuannya. Pada Perjamuan Terakhir, ketika Yesus berpamitan, Thomas bertanya dengan polos: "Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan kesitu?" Keraguan Thomas ini mengundang Yesus untuk menyingkap rahasia Tritunggal yang mendalam itu: "Akulah jalan, Kebenaran dan Hidup. Tak seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Aku. Kalau kamu mengenal Aku, kamu juga menganal BapaKu". Sikap ragu-ragu Thomas tampak jelas sekali dalam sikapnya terhadap berita penampakan Yesus kepada para Rasul: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya."

Tentang sikap Thomas ini, Santo Agustinus menulis: "Dengan pengakuannya dan dengan menjamah luka Tuhan, ia sudah mengajarkan kepada kita apa yang harus dan patut kita percayai. Ia melihat sesuatu dan percaya sesuatu yang lain. Matanya memandang kemanusiaan Yesus, namun imannya mengakui Ke-Allah-an Yesus, sehingga dengan suara penuh gembira tercampur penyesalan mendalam, ia berseru: Ya Tuhanku dan Allahku". 
Kepadanya Yesus bersabda: "Karena kau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya ". Kata-kata Yesus ini masih berkumandang aktual hingga dewasa ini.

Tentang karya kerasulan Thomas sesudah itu, Kitab Suci tak menyebutkan apa-apa lagi. Juga tidak ada sepucuk surat peninggalan Thomas yang sampai kepada kita. Menurut tradisi, yang dibeberkan Santo Ambrosius dan Hieronimus, Thomas menyebarkan kabar gembira ke arah Timur dengan mengikuti jalan para pedagang, yaitu ke Sirya, Armenia, Persia dan India. Dekat Madras, di kota Malaipur, Thomas menerima mahkota kemartirannya. Orang Kristen India Selatan, lebih-lebih di sepanjang pantai Syro-Malabar, percaya bahwa Thomas menobatkan Raja Gondaphur dan bahwa mereka keturunan orang-orang Kristen abad pertama. Thomas mati ditusuk tombak, dan relikiunya masih tetap ada sewaktu makamnya dibuka kembali pada tahun 1523. 

Santo Helidorus, Uskup

Helidorus lahir pada tahun 330. Ketika berziarah ke Yerusalem, ia bertemu dengan Santo Hieronimus dan menjalin persahabatan yang baik dengannya. Ajakan Hieronimus untuk bersama-sama tinggal di padang gurun ditolaknya. Helidorus kemudian pulang dan menjadi Uskup di Altino, Italia hingga kematiannya pada tahun 407. 
Santo Horst atau Horestes, Martir

Bersama tunangannya, Eufemia, Horst menjadi pemimpin pemuda-pemudi Katolik di Byzantium (=Istambul). Kegiatan mereka membimbing para muda-mudi ini menimbulkan amarah pihak pemimpin masyarakat dan semua orang lain yang tidak menyukai Gereja Katolik. Ketika ditangkap dan ditanyai, dengan terus terang mereka mengaku beriman Kristen, sehingga bersama muda-mudi lainnya, mereka dibunuh pada tahun 304.